Masa Kecil - SMP
Haloo.. Malam
ini, sembari mendengar suara hujan Tanjung Priok, Jakarta, aku iseng membuka
foto-foto di folder laptop. Rencananya sih mau merapikan folder, tapi malah
haru dan terpikirkan untuk merangkum semuanya dalam ‘Evolusi Rini’.
Sesuai judul,
yah aku berevolusi J semua orang tentu mengalaminya. Mengalami bagaimana perjalanan hidup,
berkembang, dan ada banyak warna di dalamnya. Dan yang mengesankan, kuakui
memang masa remaja. Karena di masa-masa itu, kelabilan masih melekat dan
menghasilkan begitu banyak cerita, yang pada akhirnya menjadi alasan dari
senyum atau bahkan menertawakan diri.
Di foto itu,
kira-kira aku berusia 2-3 tahun. Aku berfoto dengan patung kucing yang sampai
saat ini masih kokoh di ruang tamu. Dari foto ini, aku menyadari bahwa aku
sudah suka kucing sejak kecil. Kata Mama sih, rasa sukaku itu turunan darinya
karena waktu kecil Mama juga suka kucing. Aku percaya itu, karena Mama selalu
jadi teman baik saat aku menceritakan kegembiraanku terhadap kucing-kucing yang
kutemui.
Aku tidak TK
seperti kebanyak anak lainnya, walaupun waktu kecil aku sudah merengek-rengek
minta disekolahkan. Aku masih ingat Mama selalu bilang, “tahun depanpi” yang
artinya “tahun depan aja”. Jadinya tiap tahun aku selalu menagih janji Mama,
dan tibalah saatnya 1 Juli 2000, aku masuk SD :D Karena bertepatan dengan ulang
tahunku, dengan polosnya kubilang “Ini hadiah ulang tahun ya?”, dan Mama
mengiyakan. Padahal waktu memang sudah hari pertama masuk sekolah dan usiaku
tepat 6 tahun.
Sampai saat
ini aku merasa hidupku begitu berwarna. Aku bahagia, dan bersyukur sekali
dengan karunia Tuhan. Aku punya keluarga, walaupun tidak sempurna tapi
Alhamdulillah aku bisa menerima cobaan-cobaan meski waktu itu usiaku masih
terlalu muda untuk mengalaminya :”) Tidak perlu kuceritakan disini. Yang jelas
aku menyayangi mereka.
Buat Papa,
terima kasih sudah menjadi pelindungku. Sudah jadi pendidik yang baik tapi juga
bijaksana. Mendidikku sesuai umur dan perkembanganku. Seorang teman SMP – Putri
Dewi Saraswati, pernah mananyakan kabar sewaktu kami sudah SMA. Katanya, “dasar
Rini, masih sama kayak dulu, anak Bapak”. Hehee kalo biasanya anak itu disebut
‘Anak Mama’, aku malah disebut ‘Anak Bapak’ :3 Wajar sih, sejak SMP aku selalu
diantar jemput sekolah sama Papa. Soalnya SMP Negeri 6 Makassar cukup jauh dari
rumah, sekitar 45 menit dan 20km perjalanan harus ditempuh. Apalagi bukan jalur
angkot yang langsung ke rumah. Kadang juga aku naik Bus Sekolah 04, tapi yah
namanya Bus Sekolah, datang menjemput terlalu pagi, sampai sekolah terlalu
siang-_-. Tapi, aku jadi mengenal separuh kehidupan siswa-siswi sekolahku yang
meski tidak sekelas. Juga terima kasih kepada Om Bahar, sopir yang friendly dan disayangi para penumpangnya
^^ haha.
Ngomong-ngomong
tentang Bus Sekolah, ada banyak cerita manis di dalamnya, termasuk tentang masa
cinta monyet -.-v . Terang-terangan saja ya, salah satu alasanku mau pulang
naik Bus Sekolah sekalipun panas dan nyampenya lama, adalah karena ada orang
yang waktu itu kusukai. Namanya Achmad Miftahul Khair. Dia salah satu anggota
Geng Garfield, cukup terkenal di sekolah. Orang-orangnya sih waktu itu gawll
-_- dan Miftah dikategorikan sebagai yang dianggap ‘aneh’, beda sendiri, gak
bisa ditebak, dan berbuat sesukanya. Dulu, kalau hari Jumat, dia sering ke
sekolah NAIK SEPEDA!! Padahal jaraknya
±20 km! (rumah kami memang lumayan dekat, sekitar 2km). Karena itu pula,
tiba di sekolah sekitar jam 9. Mentang-mentang hari Jumat adalah hari
pengembangan diri, jadi bebas masuk jam berapa saja. Datang, ikut pengembangan
diri, kemudian pulang di jam pulang sekolah. Bolos pun jarang ketahuan. Kan
kelas-kelas pengembangan diri beda-beda, dulu sih aku ikut Teater sama
Badminton, tapi kemudian malas dan memilih beralih menghabiskan waktu untuk
duduk depan mushollah, menulis novel amatir meski hanya bermodalkan buku dan
pulpen atau pensil.
Mengenai
Miftah, kabar terakhir yang kutahu, dia melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1
Makassar. Aku pernah kecewa karena akhirnya dia merokok. Padahal waktu SMP dia
tidak merokok meski di sekitarnya beterbangan asap rokok teman-temannya. Oh
iya, aku tidak menemukan foto SMP. Waktu itu, memory handphone hilang bersama
handphonenya :D
Selain tentang
cinta monyet, kehidupan jaman SMP bisa dibilang cukup su-ram hahaha. Awalnya
aku hanya iseng mendaftar ke sekolah itu, siapa duga rejeki nomplok bisa lulus.
Aku masih ingat nomor tesku, 01-077. Alangkah girangnya keluargaku saat nomor
tes itu tertera di koran.
Setelah
menjalani rutinitas sebagai siswi, ternyata aku harus beradaptasi sangat
banyak. Kondisi social yang jauh berbeda, menjadikanku sulit menyesuaikan diri
dengan teman-teman. Waktu itu keluargaku memang tergolong kemampuan menengah.
Tentu bukan kemampuanku untuk mengikuti arus pergaulan dengan nongkrong di
kafe-kafe sekitar sekolah.
Pembicaraanku
dengan mereka juga tidak nyambung. Di saat mereka sudah membahas salon,
perawatan, handphone baru, tas branded, cowok anak kuliahan, Facebook, daaan
lain-lain, aku masih membahas tentang keluargaku, komik, atau berimajinasi dengan
novel. Yapp, pelampiasanku saat itu hanya pada menggambar manga, membaca komik,
dan menulis novel. Seringkali aku menjadi korban bully teman kelas sendiri.
Mungkin karena aku dianggap kolot, kurang update, atau apapun itu. Teman dekat
waktu hanya beberapa; Widyawati Indahyani, Kartika Budi Handayani, Dwi
Puspasari, Nur Anna Mira, Putri Dewi Saraswati, dan Rezky Fitrawati, kesemuanya
adalah teman sekelasku juga, dari ribuan siswa (i) di SMP.
Benar-benar
tidak nyaman berada di posisi terasingkan, terlupakan, dan terabaikan. Sorotan
mata mereka begitu menusuk saat aku mencoba bergabung dengan pembicaraan
mereka. Ketika aku mendapat penilaian baik dari guru-guru, mereka menatap tidak
percaya dan sinis. Ketika aku mendapat penilaian buruk, mereka seolah menambah-nambah
kesalahanku. Bagaimana perasaanku waktu itu? Aaahh sungguh penuh sesak di dalam
dada. Sampai seringkali terpikirkan untuk pindah sekolah.
Aku mengenal
Facebook tahun 2009. Membuat account tanpa foto profil karena belum tau cara
memasangnya. Handphone sibuk SMSan, apalagi dengan kehadiran pacar pertama
sejak 9 Mei 2009. Bagaimana mengenal dia? Dari chatting MiRC di sela-sela
browsing mencari bahan tugas.
Aku cukup
mengenal internet meski tidak paham fungsi Facebook. Aku bahkan tidak pernah
punya akun Friendster. Aku mengenal Yahoo Messanger karena waktu itu kakakku
sudah merantau kuliah di Negeri Jiran. Sebelum pergi, dia sudah mengajari cara
chatting untuk memudahkan komunikasi dengan keluarga.
Setelah kakak
merantau, huaaaksss hilanglah tempat curhatku tentang kejadian-kejadian yang
kualami di sekolah. Kadang masih cerita lewat chat, tapi tentu sudah berbeda.
Cukup menguatkan hati saja. Tapi Alhamdulillah, saat mendekati Ujian Nasional,
mereka meminta maaf, memelukku dan menangis. Tertegun, haru, dan aku memaafkan
mereka.
Foto ini
kudownload dari Facebook. Kalian tau aku yang mana? Di sebelah kanan, memegang
pipi seolah bersorak. Di sampingku itu Widya, yang pakai sweater hijau itu
Tika. Sekarang Tika melanjutkan kuliah di Jerman. Kalau yang di bawah Tika, ada
Puspa memakai baju batik sekolah. Sekarang Puspa kuliah Teknik Sipil di
Universitas Hasanuddin. Sedangkan Rezky yang memakai sweater abu-abu,
tatapannya tidak ke kamera, tepat di samping Tika. Kabarnya sudah tidak tahu
lagi sekarang.
Tahun lalu,
aku sempat menghadiri acara buka puasa bersama dengan mereka. Tapi yang hadir
hanya segelintir. Suasanya sungguh berbeda, lucu jika kami mengingat masa SMP
:”)
Next, SMA!! Wonderful stories was here!!
di foto itu, cari saja yang gayanya paling tidak jelas, alay, dan ababil. Yapp yang pinggir kiri itu aku !!
di foto itu aku yang paling atas -_- yahh kelas X - XI memang jaman-jaman kealayanku ._.v
dan
akhirnyaaaaa........ aku tidak bergaya macam-macam lagi :”) eh ganti judul
deng, AKHIRNYA KAMI LULUS :”””))))
Perpisahan kelas XI Exact 1 J
Semasa
SMA, ada yang namanya best friends. Yaah sekedar info, kelas X itu jamannya
main-main! Punya pertemanan namanya Yurikaa (Yhuni Rini Tika Amel). Kemana-mana
barengan, mau ke kantin aja kayak nguasain jalan. Gayanya eolah anak gawl mau
lewat, padahal sih kami bukan bermaksud demikian, kami hanya ingin lewat
berbarengan. Kalau upacara bendera, kami selalu menghindari baris di depan.
Alasan klasik, menghindari sorotan guru-guru sehingga bisa berdiri seenak
jidat, ngobrol, kipas-kipas, dan lain-lain. Is it wrong? Gak lah yaa, masa SMA
terlalu sayang untuk dijalani dengan terlalu teratur dan datar :d
Naik
kelas XI, kami pisah kelas akibat rolling t.t Aku terpencar sendiri ke Exact 1
dan yang lainnya di Exact 2. Alhasil aku harus mondar mandir ke kelas mereka
hikss. Awalnya aahh begitu sedih harus berpencar kelas. Memang sih, X4 waktu
itu terlalu WOW. Di dalamnya ada yang pengen belajar bangeeeet semisal Dede
Muhammad Faisal (sekarang kuliah di Akademi Meteorologi dan Geofisika), ada
yang enggak bangeeet. Ada yang fashionable bangeeet semisal (Nurafiah Nita
alias Vivi ataupun Dahniar Rahmadhani alias Wella), ada juga yang berantakan
banget kayak ULYANTRAJA KELAMOR (sekarang kuliah International Relationship di
Universitas Kristen Indonesia). Kenapa aku berani menulis nama Uly (sekarang
dipanggil Amor oleh teman kuliahnya) dengan huruf capital? Ya karena dia teman
dekatku juga. Aku menjamin dia tidak akan marah kok hihihi. Waktu itu juga
berantakannya keterlaluan. Pernah dipanggil menghadap sama wali kelas XInya
yang notabene papaku sendiri, karena alasan ‘tolong tulisannya dirapikan’. He
to the low! Tulisan perempuan bernama
Uly ini memang meresahkan pembacanya. Terbang kesana kemari tanpa mempedulikan
garis pada buku tulis. Sungguh merepotkan kalau kami mau mencontek, atau
mempelajari catatannya. Dia pun juga kadang tidak mengerti tulisannya sendiri
-_-
Selanjutnya,
kategori cewek tercantik menurutku.... jengjengjengjenggg jatuh kepada Syarifah
Yhuni Nur Fatiah. Lebih tepatnya sih manis. Yap, dia teman sebangku aku,
anggota Yurikaa. Jaman SMA dia punya beberapa mantan yang gak perlu kuuraikan
satu per satu, takutnya itu privacy hihi :3 Yang jelas, sekarang setauku dia
sudah langgeng dengan pacarnya – Feisal Hebriyono, hasil cinta lokasi di ekskul
Pramuka. Sedangkan kategori cowok terganteng menurutku jatuh kepada Gunawan
Widiatmoko. Darah jawa, lulusan SMP Negeri 12 Makassar ini berpostur tinggi,
warna kulit cokelat muda. Orangnya asik, stylenya santai. Sewaktu kami satu
kelompok Praktikum Kimia, dia pernah bilang ‘untuk apa belajar beginian? Toh
juga kalo sudah kerja memangnya mau menghitung yang begini-beginian’. Eng......
(- -,)
Sudahlah,
lanjut ke kelas XI. Di kelas ini, pejantannya cuma 7 orang-_-
1.
Zulfiadi. Dia
juga sepupuku. Sekarang kuliah PLN juga, tapi di Makassar, bukan STT.
2.
Ahmad M. Zuhfi
. Hobi berganti-ganti, dari sulap, rubik, topi, terakhir setauku nge-dance.
Riwayat menyukai sahabatku – Widyawati Indahyani sampai pernah nekat
menyembunyikan kado di tas Widya waktu ulang tahun. Mirisnya, aku, Tami, Imha,
Anchy, pernah mengajarinya jadi cowok yang Widya suka (landasan utama : riwayat
mantan Widya). Tapi ujung-ujungnya DITOLAK. Oh nooooo!! t.t
3.
Mukhlish Hamid
(sekarang kuliah Teknik Sipil Universitas Hasanuddin padahal cita-cita awal di
Arsitektur. Hobi jaman SMA : nyoret kulit orang pake pulpen. Paling sering
negur aku “pelan-pelan meko kalo makan” artinya kalo makan pelan aja). Dia
partner belajar, soalnya pinter dan asik.
4.
Dede Muhammad
Faisal. Riwayat jadi siswa teladan! Pernah dikurung di kelas demi kesejahteraan
otak yang butuh istirahat, karena kerjaannya mengingatkan guru masuk kelas saat
mendekati pergantian jam. Yap, kami sekelas waktu di kelas X. Dengar-dengar dia
pernah naksir teman sekelas kami – Andi Tri hihii.
5.
Heriansyah P.
Sekarang kuliah Hukum di Universitas Hasanuddin. Pintar, selow, gak
muluk-muluk, teman ngobrol yang baik karena duduk bersebarangan dengan
tempatku. Kalau di kelas lain cowok yang gangguin cewek, di kelas ini justru
sebaliknya. Dan aku, Widya, Tami, Imha, Anchy, cukup sering mengganggu Heri
xixi ^^)V
6.
Supratman.
Sekarang kuliah di Universitas Muslim Indonesia. Gak tau jurusan apa hehee.
Banyak yang bilang dia setengah laki-laki. Yah memang sih gayanya waktu itu
lumayan hmmmm :) tapi dia sangat menjaga teman-teman perempuannya.
Asik, tekun, dan sabar.
7.
Muhammad
Noartawira Sadirga Saleh!! Dia ini aaaahh muda tapi ketuaan -_- please Dirga
pleaseee kau itu masih 16 tahun waktu itu! Stop bicara politik, stop bicara
keloyalan, stop bicara undang-undang dengan stylemu ala-ala anggota DPR -_-
Tapi alhasil, dia juga sekarang kuliah Hukum di Universitas Hasanuddin. Udah
passion di situ :3 Oh iya, dia itu sebenarnya punya sisi melankolis yang .....
hihihii privacy orang gak usah diceritakan lah yaa.
Uokkeeeyy
itulah mereka, 7 orang dari 28 siswa(i). Yaahh ibaratnya 1 laki-laki dapat 1
istri dengan 3 selir ._. Jujur saja, awalnya kelas ini membosankan. Bahkan
TERLALU membosankan. Bahkan pernah terjadi kontroversi karena salah satu teman
kami, Siti Fatimah Hamid pernah menangis karena kami. Ah ceritanya panjang,
mungkin juga privacy. Aku tidak meminta izin untuk menulis kisahnya.
Kontroversi berikutnya adalah tentang si geng ribut dan si geng belajar.
Terlalu susah untuk kompak tapi banyak rencana yang terwujudkan semisal foto
kelas dan jalan-jalan bareng.
Naik
ke kelas XII, kembali dirolling. Masuk kelas XII Exact 4 wkwkwkk. Di kelas XII,
sekelas dengan Ulyantraja Kelamor dan Widyawati Indahyani (lagi). You know?
Widya ini udah jadi teman sebangku selama SMP dan kelas XI, juga XII!! 5 tahun
brooo. Di sini, aku bersahabat dengan Widya, Uly, dan satu tambahan Novia Riana
Pratiwi. Berikutnya akan kujelaskan satu per satu.
Dari kiri ke kanan : Rini, Novi, Uly, Widya
1.
Widyawati
Indahyani
Lahir Pare-Pare, 11 April 1995. Dia yang paling
muda di antara kami, tapi paling cantik juga. Fansnya banyak-_- bodi gitar,
tinggi semampai, berat badan ideal, putih mulus, berambut panjang, rapi,
bersih, tekun, perfectionist, dan pintar. Tapi cukup perhitungan xixixii ^^)v
Dengan modal persahabatan yang sudah menginjak usia
8 tahun, aku cukup tau menjadi saksi masa evolusinya :3 Widya yang kelas VII
jauh beda dengan yang di foto ini. Tas ransel, rok jojon, mata sipit, ikatan
rambut dimana-mana, ‘perlengkapan ajaib’ di tas mulai dari isi staples,
selotip, double-tipe, pulpen warna warni, pensil biasa + pensil kinetic, dan
masih banyak lagi. Padahal bagiku mau biasa kek, kinetic kek, yang penting
pensil! Fungsinya sama aja. Tapi bagi Widya, they’re different :3
Kami memang beda. Beda jauuuh malah-_- Seorang Rini
riwayat sekolah always telat, dan ber-image sebagai siswi paling nekat manjat
tembok sekolah. Boro-boro peralatan lengkap! Bawa pulpen 2 aja udah syukur.
Prinsip : yang penting itu masuk kelas dan dapat ilmunya. Catetan gak perlu
rapi, yang penting mutu!
2.
Ulyantraja
Kelamor
Tadi aku udah sempat cerita tentang cewek ini.
Orang tuanya berambisi dia kuliah Kedokteran, dan prinsipnya kalau orang tuanya
bahagia, dia juga akan bahagia. Tapi sebenarnya, dia pengen jadi artis :”) Manis
kan? Account Twitternya @kelamoor *eh
Ada makna di balik namanya : Ulang tahun Ayah, dari Toraja,
kelahiran Timor. Yup! Dia orang Toraja, kelahiran Kupang, 20 Januari 1995,
tepat di hari ulang tahun papanya. Nama kakak dan adiknya juga merupakan
singkatan yang dibuat papanya.
3.
Novia Riana
Pratiwi
Sebenarnya namanya bukan itu! Melainkan .....
entah, aku juga lupa. Hanya saja waktu pembuatan akte kelahiran, petugas
sepertinya salah tulis nama. Keluarga Novi selow saja, toh namanya juga gak
jelek.
Lahir 20
November 1994, masih darah Jawa. Dengan ini fix bahwa akulah yang tertua
di antara mereka hikss. Kepribadian : pelawak! Walaupun dia sendiri tidak
merasa lucu. Yahh memang menurut kami bakatnya itu turunan dari ayahnya yang
juga lucu haha. Dia juga tempat curhat banyak manusia-manusia melankolis wkwk.
Tapi meen kalo lagi badmood..., wedeeeww bagaikan ada tulisan ‘DON’T TOUCH ME!’
di jidatnya. Semua bisa kena!
Sebenarnya
selain mereka, ada satu orang lagi yang tidak asing. Bahkan sangat tidak asing.
Aku satu kelas dengan dia, mantanku, yang pacaran sejak kelas IX – XI. Namanya
Ilham Akbar. Terima kasih padanya, karena sampai saat ini bisa dibilang dia
mantan terindah *eeaaa. Bukan karena aku masih sayang! Melainkan karena banyak
pendewasaan yang kudapat dari kisah hubungan kami :”) Alasan putus? Hm sebut
saja karena waktu kami terlalu saling menyayangi. Sampai sampai aku membutuhkan
waktu sekitar 2 tahun untuk move on. Bahkan pernah menangis di kolong meja
waktu kelas XI karena air mata sudah netes sebelum aku sempat ke toilet. Fiuhh.
Sekalipun setelah putus aku sempat pacaran dengan orang lain, tetap saja hatiku
waktu itu gak benar-benar move on. Sesuatu yang terlallu itu emang gak baik :)
Pacar
pertama, cinta pertama, juga cukup controversial. Pernah merasa diPHPkan,
pernah dibentak, sering menangis, tapi juga sering bahagia dan sangat bahagia.
Pernah kakak-adek-an, pernah ada perselingkuhan yang termaafkan, beberapa kali
putus-nyambung, biasa ke rumah aku buat belajar bareng, satu SMA tanpa
disengaja, ice creams, surprises, dan satu-satunya yang dikenal + ketemu dengan
Mama-Papa. Pribadi yang bertanggung jawab, menjaga, tapi juga keras. Memories
oh memories. Kalau kisah kami mau diuraikan, terlalu panjang. Cukup aku dan
para saksi saja yang tahu.
Sekarang,
dia kuliah Teknik Perminyakan Universitas Trisakti. Pacarnya masih Fadhillah
Azizah Faisal, sudah dua tahun lebih sejak 23 Agustus 2011 (waktu itu ulang
tahun Ilham yang ke 17). Sepertinya kalian bisa menebak adanya kontroversi dari
kejadian itu :D
Aku
tidak pernah niat mau melupakan tiap memori, sekalipun itu mantan. Sekalipun
aku sudah dengan orang lain. Karena bagiku tiap kisah itu warna yang patut
kusyukuri. Baik buruknya adalah pengalaman, pembelajaran, dan aku akan
tersenyum sangaaat bahagia saat dukaku sudah lewat :”)
Yaaap
yaaapp yaaapp !! Sekarang aku Rini yang berbeda. Ilham juga bilang aku sudah
sombong karena sudah bahagia. Hmm sebenarnya aku hanya tidak pandai menyapa
orang saat aku tidak tahu akan membahas apa. Terutama terhadap yang lama tidak
saling bertegur sapa. Maaf.
Haah
masa-masa remaja. Labil, tapi kelabilan itu yang membuat berwarna. Aku bahagia
dengan apapun yang terjadi. Setelah melihat foto-foto lawas, aku semakin
menyadari kehidupanku normal sama seperti anak lainnya.
Aku
pernah merasa sendirian juga ramai, pernah merasa sedih sekali juga bahagia
sekali, pernah tidak berkawan kemudian berkawan banyak, pernah galau karena
lelaki dan bahagia karena lelaki pula, pernah punya masalah keluarga dan
merasakan nikmat keluarga, pernah kudet dan pernah yaah cukuplaah sudah bisa ke
ulang tahun teman, menginap ladies nite menikmati kamar hotel hadiah lomba
karya tulis, mengikuti Prom Night, nonton film, jalan-jalan, daaan lain-lain.
Hidup memang terus berotasi. Tidak sepatutnya menyesali atau miris terhadap
hidup kita. Selalu ada yang jauh lebih manis setelah merasakan yang sangat
pahit :)
KULIAH
Then,
here I am. Sekolah Tinggi Teknik – Perusahaan Listrik Negara (STT-PLN).
Berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat.
Kuliah jurusan Teknik Informatika, dan sudah di akhir semester 3. Jujur,
awalnya aku tidak tahu kemana arah lulusan Teknik Informatika. Aku hanya
sekedar mengikuti nasehat kakak untuk memilih jurusan itu. Katanya bagus dan
banyak dibutuhkan. Aku dulunya mana peduli dengan dunia IT? Taunya hanya
memakai, jadi konsumen, beres! Hahaha tau-taunya sekarang malah hidup dengan komputer,
teknologi, program, aplikasi, coding, jaringan, informasi, daaan lain-laaain.
Awalnya
aku merasa sangat SHOCK !! Basic-ku di SMA adalah exact! Malah kuliah IT yang
basicnya SMK Multimedia. Alhasil, semester 1 sempat beberapa kali menangis di
Lab. Komputer Dasar karena tidak paham dengan codingan t.t Nilai Praktikum
Algoritma dan Pemrograman 1 adalah C+ dimana C adalah nilai standar lulus.
Sampai sekarang pun aku masih tidak mahir membuat program untuk perulangan.
Alhamdulillah di makul AlPro 2 di semester 2, bisa kujalani dengan baik,
peningkatan jadi dari C+ menjadi B+. Saat ini, aku khawatir terhadap nilai
Perangkat Lunak Jaringan Dasar. Mata kuliah 4 SKS yang membuat mahasiswa (i)
bergulat dengan terminal linux, selama berjam-jam depan komputer. Di mata
kuliah ini, tanda *&^%$#@!)(~{}[].,/?=- bahkan spasi, memiliki arti masing-masing J Cukup hela nafas dan senyumin aja lahh..
Oh
iya, aku mulai memakai kerudung semenjak lulus SMA J Alhamdulillah... Bagiku, usia kuliah, 17 tahun ke
atas adalah masa dimana aku sudah harus bisa mengatur diri. Mempersiapkan diri
untuk masa depan karena tanggung jawab sudah semakin banyak, semakin besar.
Kuliah
merantau di kota orang, otomatis harus hidup mandiri. Aku ngekost di kosan Bu
Ibah, anak-anak kosan menamakan Kosan 46 karena rumah hijau itu bernomor 46.
Terdapat 6 kamar, dan 6 cewek-cewek cantik :3 Kesemuanya kuliah di STT-PLN,
angkatan 2012, dan dari berbagai penjuru kota dan provinsi di Indonesia.
Dari kiri ke kanan : Resi, Rini, Ciska, Lisna, Hesti, Jane
1.
Hestina T.
Dwayani
Asal Pati, Jawa Tengah (sekitar 2 jam dari
Semarang). Iki loh koncoku yang moodyan. Kalo seneng bisa teriak girang banget,
kalo sedih bisa nangis diam dan aneh banget. Kedua fase itu bisa terjadi
bergantian, tergantung moodnya.
Tapi menurutku dia yang paling keibuan di kosan
kami. Hangat, tipekal mendengar dan bercerita, easy going, tidak manja, bisa
diajak dalam kondisi apapun, juga perkembangannya semakin kesini makin cekatan :)
2.
Resiana Silaen
Ah aku sering mengejeknya hanya numpang marga Silaen.
Buktinya dia kelahiran Palembang, besar di Palembang, lancar bahasa Palembang dan tidak tahu bahasa Batak hahahahaha.
Kepribadian ..... eng .... cukup satu kata : GILA. Sudah, itu saja. Satu kosan
menyatakan bahwa dia adalah orang terunik dan tergila yang pernah ditemui.
Wajahnya memang kalem, tapi woooohh sebenarnya berbanding terbalik. Eitss tapi
dia gila yang baik-baik kok :)
Oh iya, dia yang paling tekun belajar, juga paling
sering begadang. Alasannya kalau siang gak enak belajar, enaknya kalau malam
saat semua sudah tidur. Okesip. Alasan diterima.
3.
Lisna Caesaria
Sipayung
Nahh kalau boru yang satu ini, barulah Batak.
Lahir, tinggal, besar, dan bahasanya memang pas kali lah. Rumahnya di Tebing
Tinggi. Entah itu seberapa jauh dari Medan, aku belum pernah kesana ._.
Kepribadian : girlie. Ah damai permai kali hidup
Lisna ini. Kadang kesal sikit aku dibuatnya. Bukan karena apa, tapi kalo
terlalu teratur kurasa belum hidup namanya hahahahaha (ceritanya lagi sok
Batak).
4.
Jane Shannaz
Luciana Ranuntu
Asal Palu, Sulawesi Tengah. Ah aku punya teman
sesama Sulawesi :”) Dia jadi penolong terutama saat masih awal merantau dan
lidah belum terbiasa dengan dialek Jakarta.
Kepribadian? Paket komplit! Tidak feminim tapi suka
Korea, pintar tapi always pesimis. Saat dia mengeluh, kami sering bilang
‘alaaahh palingan juga nanti ujian dapat 80an’. Tipekal melankolis. Sering bingung pada hal-hal yang tidak perlu
dibingungkan-_- Baiknya, dia bijaksana, bermulut manis, pembawaan tenang, dan
selalu berusaha ^^
5.
Franciska
Basauli Lubis
Ini juga orang Batak yang besar di Jambi. Ah kalian
ini masih dari kecil sudah merantau di kota orang. Sama, aku pun orang Bugis
sudah merantau di Makassar tapi ngakunya orang Bugis. Tapi lah memang Ciska
orang Batak besar di Jambi dan aku pun orang Bugis besar di Makassar. Tapi aku
tau bahasa Bugis dan tidak tau bahasa Makassar. Bedalah dengan Resi -_- Kalau
Ciska masih mending, bisalah Batak sikit-sikit sementara Jambi-nya kental.
Kepribadian : periang, tipe bercerita, bijaksana,
tapi juga manja kali sama keluarga kalau kata kami sih menye-menye :d Padahal
pacarnya, si Momo itu weeh suaranya macam bapak-bapak kali -_-
DI LUAR KOSAN
Di awal kuliah, syukur
Tuhan aku sudah bisa dekat dengan teman-teman. Meski kami berasal dari berbagai
provinsi dan kepulauan di Indonesia. Semester satu, kelas B, itu adalah kelas
dimana kurasa isinya paling kompak. Satu rasa! Kami sering berkumpul di depan
Kosan Casmo di malam hari. Entah itu sekedar ngerumpi, membagi makanan, cerita
tentang daerah masing-masing, belajar bersama, juga kerja kelompok. Kebetulan
teras kosan itu cukup lapang untuk menampung kami.
Wiwit Widya Pangestika,
asal Trenggalek, Jawa Timur.
Endah Tri Utari, asal
Blora, Jawa Timur.
Silviana Dwi Wahyu, asal
Karanganyar, Solo.
Siska Priyaningrum, asal
Semarang, Jawa Tengah.
Andika Cendekia Nugraha,
asal Padang, Sumatera Barat.
Angga Dwi Cahya, asal
Lampung.
Rifki Zamzami, asal
Banyuwangi, Jawa Timur.
Ari Yelsa Julio, asal
Riau.
Selain ngumpul di Kosan
Casmo, kami juga sering merancang strategi untuk memperingati ulang tahun salah
satu teman kami, dilanjutkan dengan makan-makan bersama.. Aku salah satu yang
mendapat ‘hasil rancangan’ mereka DUA KALI !! :D Ada juga kegiatan buka puasa
bersama sebelum pulang liburan ke daerah masing-masing.
Dari kiri ke kanan :
Angga Dwi Cahya (Angga), Hanan Tahriri Ravaie (Hanan), Arif Dwi Pranata (Arif),
M. Gofaruddin Falah (Falah), Toro Rahman Aziz (Toro), Dekasi Nurul Haq (Deka),
Ari Yelsa Julio (Elsa), Purwanto (Ipung), dan Rini Hardiyanti (aku).
After
jogging together. Andika, Wiwit, Rini at Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Tapi sayangnya, memasuki
semester 2, lambat laun kelas yang berbeda dan kesibukan kuliah menjadikan
kedekatan kami berkurang L Ditambah lagi ada yang sibuk organisasi, sibuk
jadi Asisten Lab., sibuk dengan 24 SKS, dan lain-lain. Meski begitu, bagiku
kita tetap keluarga kelas B. Kelas yang paling menyatu, ada makanan dioper satu
kelas, belajar bersama, ribut bersama, menertawakan hal yang sama, termasuk
jawaban dibagi bersama :D xixi.
Aku tidak tau bagaimana
kondisi kelas lain. Apakah mereka lebih baik, lebih seru, atau bagaimanalah.
Mereka yang berada di kelas itu, mereka yang merasakan suka dukanya. Aku cukup
menyatakan bahwa kelasku di semester 1 dan 2 sungguh menyenangkan
kekeluargaannya :)
Keluarga
Kelas B – Keluarga Pertama di STT-PLN
Oh iya, ada yang
ketinggalan. Di H-2 UAS terakhir, tepatnya 7 Februari 2013, aku berpacaran
dengan mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2011. Namanya Ashabul Kahfi, kami
sama-sama dari Sulawesi Selatan yang bergabung dalam Himpunan Mahasiswa
Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (HM Sutan Batara), tapi dia di Kota
Palopo. Butuh waktu tempuh perjalanan 9-10 jam dari Kota Makassar.
Awal mula kenal karena
dia menyapaku saat aku jalan menuju kampus. Saat itu aku langsung tau dia orang
Sulawesi berdasarkan dialeknya, tetapi aku masih belum tau namanya.
Awal dekat, karena tugas
akhir. Dia datang dengan temannya ke Kosan Casmo untuk mengajari adik-adik 2012
dalam mengerjakan program tugas akhir. Kebetulan di malam itu, aku meminta
tolong padanya untuk membantu menyebarkan angket tugas Bahasa Indonesia-ku, ke
teman-teman seangkatannya. Jadi pertemuan selanjutnya juga karena angket itu.
Setelah pacaran, yaahh
aku bahagia bersamanya. Dia seorang laki-laki cerdas dan sabar. Dia selalu
membimbingku banyak hal, memberiku nasehat dan saran, sabar meski aku sering
merasa putus asa terutama saat belajar yang menurutku materinya tidak jelas
peruntukannya, juga menenangkan di saat aku panik. Apalagi aku cukup berperan
di komunitasku (Komunitas GET). Ibaratnya, di balik kesuksesanku, selalu ada
dia. Benar sih kata Mama, anak bungsu itu cocoknya sama anak sulung. Toh dia
memang jadi kakak sekaligus pacar yang baik untukku. Kebetulan dia memang anak
sulung dengan 2 adik, dan aku anak bungsu dari 2 bersaudara.
Memasuki semester 3,
aaahh 24 SKS oh 24 SKS...! Awalnya kupikir tidak akan berat, toh hanya menambah
1-2 mata kuliah saja dari sebelumnya yang dijatahkan kampus 21 SKS. Eh tapi
brooohh setelah dijalani O.O ungkapan-ungkapan ‘Mata Panda’, “Kembalikan jatah
tidurkuuuuu!!”, “Kuliahnya 2 jam, nugasnya 5 jam!!”, daaan lain-laiin sungguh
erat mencekik kencang membahana !! Semester 3 memang sungguh perlu banyak-banyak
menguatkan hati. Apalagi dengan mata kuliah yang semakin rumit, juga mata
kuliah semester 5 yang sengaja diambil karena dikiranya mudah eeehh ternyata
matkul itu begitu dahsyatt! Dosen yang semakin menyiksahhh, banyak maunyahh,
bikin unmood kuliaah, mereka bagai berjatuhan di semester 3 t.t hiksss
Ah sudahlah, selanjutnya
akan kuceritakan, sebuah tragedi dimana mungkin kalian akan ilfeel padaku. Setelah 8 bulan lebih
pacaran, hubunganku dengan Kak Kahfi dilanda goncangan. Awalnya mungkin karena
rasa tidak tahanku terhadap kesibukan Kak Kahfi sebagai Asisten Lab. Open
Source. Dimana sebelumnya hampir tiap hari kami bertemu untuk makan siang atau
malam bersama, komunikasi lancar deras sepanjang masa, kering atau hujan
bersama, tau-taunya di awal semester 3 kami harus membendung semua itu.
Jangankan makan malam bersama, frenkuensi SMSan atau chat pun turun drastiss!
Yah aku mengerti kalau
dia sibuk di lab, mengawas, mengajar, maintenance dari pagi sampai sore bahkan
malam. Tapi kondisi itu membuatku lengah. Kami satu kampus, satu jurusan, satu
gedung, sama-sama kebanyakan kuliah di lantai 3 dan 5, tapi jarang sekali
bertemu. Kalaupun bertemu hanya senyum dan lewat. Apalagi aku juga sibuk kerja
di PJTM (Pusat Jasa Teknik dan Manajemen Terapan) di kampus, setiap Minggu pagi
aku pergi. Kapan waktu kami bertemu? Hari Sabtu juga waktu tenang untuk
mengerjakan tugas.
Hingga akhirnya,
kelengahan itu menjadikan sosok orang yang sudah lama sembunyi, kini kembali
lagi. Sosok yang sebenarnya sudah kenal sejak pelatihan mahasiswa baru di
Kopassus (Komando Pasukan Khusus) Batalyon 23 Bogor. Namanya Erno Kurniawan
Dewantara, dipanggil Erno.
Kalian tau? Saat dimana
kita terlalu jahat adalah ketika logika dan perasaan tidak sejalan. Aku sadar,
aku tau betapa jahatnya aku terhadap Kak Kahfi. Aku tau aku sudah sangat
berdosa telah menyakiti hati orang sebaik dia. Tapi apa boleh dikata, hatiku
terus-terusan ke Erno. Aku sayang ke Kak Kahfi, juga ke Erno. Mereka mempunyai
posisi masing-masing di hatiku. Berderai air mata atas rasa bersalahku. Juga
terpancar senyum bahagia setiap kali bertemu atau hanya sekedar mengetahui hal
kecil tentang Erno. Terutama saat Erno menelepon, mengabariku bahwa dia masih
di jalan sepulang dari Bandung. Aku bahagia sekali.
Jawa Timur Trip
27 Desember 2013, aku
naik kereta Kertajaya dari Stasiun Senen Jakarta menuju Stasiun Turi Surabaya.
Waktu itu harga tiket masih Rp. 50.000,-. Aku menempuh perjalanan selama ±12
jam. Aku sempat turun dan jalan-jalan di stasiun Semarang saat kereta transit
lebih lama. Kemudian mendekati Surabaya, aku mengirimkan chat ke Erno,
mengingatkan untuk dijemput di Stasiun Turi. Tapi ternyata dia ketiduran. Aku
telepon dan syukurlah dia mengangkat, meminta maaf, dan memintaku menunggunya sebentar.
Surabaya, 28 Desember
2013
Sampai di Stasiun Turi
Surabaya sekitar jam 4 subuh, aku sudah disambut banyak sekali tukang ojek yang
berusaha menjemput rejeki. Aku menolak mereka dengan senyum dan menjawab “Ada
jemputan kok”. Kemudian handphoneku berdering lagi, Erno menelepon, mengabawari
bahwa dia sudah di jalan, sedang isi bensin dulu. Maka kupilih membaca novel
sambil menunggu di depan Alfamart – tempat janjian kami.
Tidak lama kemudian, dia
memanggil dan sudah berdiri di hadapanku. Kesan pertama = dia terlalu rapi.
Kemeja abu-abu dan kaos putih di dalamnya. Dia mengajakku langsung ke parkiran,
menemui kendaraan yang dia pakai menjemputku. Aku sempat bertanya, “Aku di
depan atau belakang aja?” dan dia menjawab agar aku di depan saja.
Dari stasiun, dia
memintaku untuk makan dulu sebelum lanjut ke stasiun lain yang keretanya akan
menghantarkanku ke Mojokerto. Sekitar 15 menit mutar-mutar mencari penjual
makanan yang buka, akhirnya kami menemukan penjual Mie Ayam di pinggir jalan.
Erno memesankan Mie Ayam seporsi dengan bahasa Jawa-nya yang kental juga satu
cangkir kopi untuknya. Dia duduk di seberang meja karena mungkin segan padaku,
yah saat itu dia merokok.
Setelah makan, kami
langsung ke stasiun. Dia memperkenalkan sekolahnya – SMA Negeri 2 Surabaya, dan
beberapa tempat lain yang kami lalui. Kesan tentang Surabaya, tidak jauh beda
dengan Kota Makassar. Entah kalau kondisi di wilayah Surabaya yang lain. Kami
tidak bisa lama-lama karena jam 6 pagi dia sudah janji untuk mengantar papanya
ke Malang.
Di stasiun, aku menunggu
Andika. Kami sama-sama ke Mojokerto, tiket jam 10.40. Aku memilih tidur dan jalan-jalan
untuk menghabiskan waktu. Begitu Andika datang, sekitar jam setengah 9, kami
kembali jalan-jalan ke Museum Kapal Selam.
Perjalanan naik kereta ke
Mojokerto begitu mengesankan. Tiket kami sebenarnya tanpa tempat duduk! Tapi
syukur karena ada bangku kosong yang ditempati penumpangnya di stasiun-stasiun
belakangan, maka kami pun bisa duduk di situ. Cerita lainnya adalah dimana
pertama kalinya aku mendapati lompia dimakan dengan daun bawang! Karena di
Makassar biasanya lompia dimakan dengan cabe rawit. Pedagang makanan mondar
mandir di koridor kereta yang sempit karena banyak orang berdiri. Mulai dari tahu
goreng, onde-onde, lompia, dan beragam jajanan lainnya. Ada pula pengamen
ramai-ramai menyanyikan lagu dangdut yang sedang naik daun. Oh Tuhan, kereta
ini begitu.... awesome!! :’) banyak yang kudapatkan tentang Jawa Timur melalui
satu kali perjalanan di kereta itu.
Mojokerto, 28-29 Desember
2013
Sesampai di Mojokerto,
kami disambut Wiwit yang datang dari Trenggalek, Lidya Intan, dan Galuh
Mujayanto. Lidya dan Galuh lah yang berikutnya menghantarkan kami mengelilingi
Kota Mojokerto. Terlebih dahulu kami pulang ke rumah Galuh, makan siang
kemudian langsung pergi mengunjungi candi-candi peninggalan Kerajaan Mojopahit.
Oh iya, kata ‘Mojo’ dari nama Mojokerto diambil dari nama Kerajaan Mojopahit.
Lidya, Wiwit, Rini
Malam harinya yang
bertepatan dengan malam minggu, kami makan malam di RM. Khayangan 2. Oh iya,
selama di Mojokerto, kami juga trip dengan Puput Wicaksana (tetangga Galuh yang
juga teman kampus kami) dan adik Galuh yang sudah kelas X. Malam minggu hebat
dengan teman-teman, sambil menikmati suasana Kota Mojokerto. Sepulang makan malam,
kami keliling-keliling, melihat ke alun-alun yang saat itu sedang direnovasi.
Ada banyak cerita di hari itu, sebelum akhirnya kami dipisahkan jarak antara
rumah Galuh dan rumah Lidya.
Keesokan harinya kami jalan-jalan ke Trawas.
Di sana ada air terjun, pemandian air hangat, dan outbond.
Soal pemandangan, it’s
amazing! Gunung-gunung yang terlihat begitu tinggi. Kalau kata Lidya atau Galuh
(saya lupa tepatnya, pokonya antara mereka yang bilang haha), Trawas itu ibarat
Bogor. Tapi menurutku, ini lebih dari Bogor. Ada sawahnya, kalau Bogor gak ada
:D
Kemudian lanjut mendem
duren yang masih di kawasan Trawas juga. Mendem duren dalam bahasa Jawa berarti
mabuk duren. Hanya saja cukup kecewa dengan harga durennya-_- jadi kami memilih
minum jus duren dan es duren saja sambil menikmati cemilan-cemilan lain :D
Sepulang dari Trawas,
perut lapar, mau makan sate. Akhirnya kami diantar ke Mojosari, di sanalah Sate
Kambing yang sampai saat ini belum terlupakan rasanya!! Ueeenak tenann! Waktu
itu kupesan 10 tusuk dengan sepiring nasi. Sambalnya pedasnya nendang! Pas
dengan rasa daging kambingnya yang berukuran pas di mulut. Tapi Andika tidak
kuat menghabiskan satenya karena kepedasan, akhirnya aku makan 13 tusuk.
Huaaahhh surganya kuliner dari Mojosari, Kota Mojokerto. Aku sangat ingin ke
sana lagi, semoga bisa :”)
Trenggalek, 29 Desember
2013 - 1 Januari 2014
Begitu sampai di rumah
Lidya, kami langsung berkemas dan diantar ke terminal Mojokerto. Andika naik
bis menuju Surabaya menemui Papa dan abangnya, sedangkan aku dan Wiwit menuju
Trenggalek dengan bis Pelita Jaya. Tarif bis waktu itu 17.000 per orang.
Sekitar 4 jam perjalanan, kami tiba dan turun di Durenan. Kami dijemput bapak
Wiwit dan sampai di rumah Wiwit sekitar 5 menit kemudian.
Keluarga Wiwit, tak
terlupakan. Mereka hangat, terutama ibunya. Aku rindu pada adik Wiwit, namanya
Prima. Dia lucu sekali, usianya sekitar 2 tahun. Dia juga memanggilku ‘Mbak’.
Aku pernah memandikan dan memakaikan bajunya, dia sama sekali tidak menangis,
malah tertawa. Aku ingat tiap pagi dia bangun lebih awal dan masuk ke kamar,
naik ke tempat tidur, memainkan rambut, mencoba membangunkanku :”)
Bagaimana dengan ibu
Wiwit? Yah kami saling berbagi resep makanan, cara-cara memasak beberapa jenis
makanan. Kebetulan aku memang suka memasak. Aku belajar membuat beberapa
makanan yang aku tidak tau namanya, begitu pula dengan beliau. Saat aku membuat
Pisang Ijo untuk kami dan keluarga, beliau memperhatikan dan turut membantu.
Bertanya beberapa hal untuk menjawab keingintahuannya. Saat itu Pisang Ijo
kusajikan hangat karena Trenggalek memang cukup dingin. Alhamdulillah
sekeluarga Wiwit menyukai Pisang Ijo yang kubuat.
Di Trenggalek, kami
sempat berwisata ke Pantai Pasir Putih. Kami naik kapal kecil, menikmati
pemandangan laut. Selanjutnya mandi dan membeli buah tangan. Setelah dari
Pantai Pasir Putih, kami mengunjungi goa terpanjang se-Asia Tenggara. Aku lupa
namanya, yang jelas kalau diartikan jadi goa ratu kalelawar.
1 Januari, sekitar jam 10
malam kami pergi dari rumah Wiwit. Ada banyak amanah dan nasehat dari ibu Wiwit
yang beliau titipkan kepadaku. Beliau memeluk dan mencium kedua pipiku, aku
salim, kemudian berangkat menuju stasiun. Apa yang kurasakan? Bagai
meninggalkan keluarga :” Aku merindukan mereka. Insyaa Allah suatu saat aku
bisa membalas kebaikan mereka.
Tujuan Jakarta 795 KM,
kereta Matarmaja, gerbong 3, berangkat jam 11 malam.
Oh iya, di perjalanan
kami bertemu Shentin Abigail. Dia berangkat dari Kediri, duduk di gerbong 2
yang selanjutnya pindah di gerbong kami. Daripada sendiri, kenapa gak rame-rame
aja? Ya kan? Dan sebuah tragedi terjadi!! Kereta yang kami tumpangi itu bisa
dibilang KERETA KEONG!! Perlu Anda tau bahwa subuh keesokan harinya kami masih
di Madiun!! He to the low itu masih kawasan Jawa Timur meeen, masih jauh dari
perbatasan Jawa Tengah, padahal di tiket harusnya kami tiba di Jakarta jam 1
siang. Alhasil aku tidak tenang. Pulsa tidak ada padahal harus menyebar pesan
tentang akan diadakan briefing jam 4 sore. Jadinya ku-chat saja anggota humasku,
meminta tolong untuk dia mengambil alih tugas itu.
Tugas lain ialah aku
harus mencetak konsep yang dikirimkan coordinator acara, karena printer
Komunitas GET ada padaku (waktu itu aku menjabat sebagai sekretaris umum
Komunitas GET), dan dibawa pada saat briefing. Cemana caranya coba?
Tugas ketiga yang tak
kalah pentingnya! Kami ada tugas Prak. Teknik Digital yang nilainya dijadikan
nilai UAS Prak. Teknik Digital. Tugas itu dikumpul tanggal 2, hari itu juga.
Aku sudah punya jawabannya, hanya saja masih di kosan! Belum kusalin rapi. Jadinya kami (aku dan Wiwit) mengerjakan di
kereta dengan rasa putus asa karena keretanya sungguh lamban. Kami menerka
kereta akan tiba di Jakarta jam 3 sore, sampai Cengkareng mungkin jam 4 sore,
mana sempat mengumpulkan tugas. Ingin rasanya kami menangis di kereta t.t Tapi
harus kuat-kuuaaat, tegaaaaar, dan Alhamdulillah dapat kabar dari Kak Kahfi
kalau kami diberi kebijakan mengumpulkan keesokan harinya jam 9. Wooohhh lega
ooooiiii!! Tuhan Maha Baik, Tuhan memberi jalan keluar kepada kami.
Selanjutnya apa yang kami
lakukan? Berusaha menikmati perjalanan :”)
Jakarta
Kembali ke Jakarta,
ternyata hubunganku dengan Kak Kahfi semakin dekat. Waktu itu, dia ditimpa
musibah pada kesehatannya. Dia menderita usus buntu. Mana mungkin aku
membiarkan dia merasakan sakitnya seorang diri. Maka kuhantarkan dia ke dokter,
kurawat dengan semampuku meski aku tidak sehangat seorang ibu, memasakkan bubur
sehat untuknya, mencari obat, lain-lain. Yahh itu kujalani hingga dia sembuh.
7 Januari 2014, Erno
kembali ke Jakarta. Apa yang kulakukan? Aku berdiam diri. Tidak berani
menghubunginya. Kedekatanku pada Kak Kahfi membuatku harus berjanji untuk
memutuskan hubungan dengan Erno. Bagaimana perasaanku? Saat kita sedang
mencintai seseorang kemudian harus memutuskan hubungan, ah itu bagai.......
entahlah.
Aku sadar bahwa itu
resiko karena aku sudah berani memulai. Beberapa kali aku terbangun setelah
memimpikan Erno, kemudian menangis sendirian. Maafkan aku Erno. Maka kupilih
untuk mengirimkan chat penjelaskanku terhadapnya, meski itu telah melanggar
janjiku pada Kak Kahfi. Aku tidak bisa pergi begitu saja tanpa penjelasan. Itu
masih jadi chat terakhir sampai saat ini.
Aku tau Erno pasti
kecewa, mungkin juga sakit hati, mungkin juga marah. Hanya saja cukuplah,
walaupun hanya sebentar, setidaknya kita sudah pernah dekat. Cukuplah itu No,
kita memang tidak lagi saling berkomunikasi langsung. Aku harus menjaga hati
seseorang yang terlebih dahulu telah bersamaku. Kita tidak akan tenang atas
rasa sakit orang lain. Aku harus kembali pada kehidupanku, semoga kamu ikhlas
dan bahagia atas ketulusanmu :”)
Setelah membaca kisah di
atas, bagaimana pendapat kalian? Yapp aku juga manusia biasa. Bisa sedih, bisa
egois, bisa tega, dan bisa menyakiti. Maka Alhamdulillah atas setiap maaf
kepadaku. Dari dulu, satu hal yang membuatku menangis berulang-ulang adalah
karena perasaan. Sekuat-kuatku menghadapi lika-liku perkuliahan, nilai yang
naik-turun, tekanan di organisasi, deadline ini-itu, bisa dibilang aku masih
bisa menyemangati diri. Paling menangisnya hanya sekali kemudian bangkit dalam
2-3 jam kemudian. Tapi jika menyangkut perasaan dengan orang yang kusayangi,
aku bisa menangis entah berapa kali. Kalaupun tidak menangis, batinku yang
terlalu sedih hingga tangis pun tak mampu mengais pilu.
Sekarang, aku menjalani
hari-hariku dengan Kak Kahfi. Kami tertawa bersama dan aku bahagia. Aku kembali
ke kehidupanku.
Kau datang di saat yang tidak tepat
Diriku t’lah dimilikinya..
(Potongan
lagu Fatin Sidqia Lubis – Aku Memilih Setia)
Aku tau inilah jalan
terbaik. Aku harus bisa menerima kenyataan. Aku harus mencintai orang yang
bersamaku saat ini, kembali seperti dulu. Aku tidak boleh marah pada keadaan,
juga tidak boleh membelokkan takdir. Jika memang takdirku dengan Kak Kahfi, aku
harus bisa merelakan Erno. Bagaimanapun juga, harga diriku sebagai wanita
dilihat dari kesetiaanku. Aku harus bisa menjadi penyejuk di kala kemarau, dan
menghangatkan di kala hujan. Bukan malah sebaliknya. Aku yakin, dengan banyak
bersyukur dan tersenyum, positive thinking terhadap rencana Tuhan, maka aku
akan sangaaaat bahagia J Terima kasih..