Sabtu, 25 Januari 2014

Sedikit Perjalanan Hidup, Secercah Tentang Rini


Masa Kecil - SMP

Haloo.. Malam ini, sembari mendengar suara hujan Tanjung Priok, Jakarta, aku iseng membuka foto-foto di folder laptop. Rencananya sih mau merapikan folder, tapi malah haru dan terpikirkan untuk merangkum semuanya dalam ‘Evolusi Rini’.
Sesuai judul, yah aku berevolusi J semua orang tentu mengalaminya. Mengalami bagaimana perjalanan hidup, berkembang, dan ada banyak warna di dalamnya. Dan yang mengesankan, kuakui memang masa remaja. Karena di masa-masa itu, kelabilan masih melekat dan menghasilkan begitu banyak cerita, yang pada akhirnya menjadi alasan dari senyum atau bahkan menertawakan diri.


Di foto itu, kira-kira aku berusia 2-3 tahun. Aku berfoto dengan patung kucing yang sampai saat ini masih kokoh di ruang tamu. Dari foto ini, aku menyadari bahwa aku sudah suka kucing sejak kecil. Kata Mama sih, rasa sukaku itu turunan darinya karena waktu kecil Mama juga suka kucing. Aku percaya itu, karena Mama selalu jadi teman baik saat aku menceritakan kegembiraanku terhadap kucing-kucing yang kutemui.

Aku tidak TK seperti kebanyak anak lainnya, walaupun waktu kecil aku sudah merengek-rengek minta disekolahkan. Aku masih ingat Mama selalu bilang, “tahun depanpi” yang artinya “tahun depan aja”. Jadinya tiap tahun aku selalu menagih janji Mama, dan tibalah saatnya 1 Juli 2000, aku masuk SD :D Karena bertepatan dengan ulang tahunku, dengan polosnya kubilang “Ini hadiah ulang tahun ya?”, dan Mama mengiyakan. Padahal waktu memang sudah hari pertama masuk sekolah dan usiaku tepat 6 tahun.

Sampai saat ini aku merasa hidupku begitu berwarna. Aku bahagia, dan bersyukur sekali dengan karunia Tuhan. Aku punya keluarga, walaupun tidak sempurna tapi Alhamdulillah aku bisa menerima cobaan-cobaan meski waktu itu usiaku masih terlalu muda untuk mengalaminya :”) Tidak perlu kuceritakan disini. Yang jelas aku menyayangi mereka.

Buat Papa, terima kasih sudah menjadi pelindungku. Sudah jadi pendidik yang baik tapi juga bijaksana. Mendidikku sesuai umur dan perkembanganku. Seorang teman SMP – Putri Dewi Saraswati, pernah mananyakan kabar sewaktu kami sudah SMA. Katanya, “dasar Rini, masih sama kayak dulu, anak Bapak”. Hehee kalo biasanya anak itu disebut ‘Anak Mama’, aku malah disebut ‘Anak Bapak’ :3 Wajar sih, sejak SMP aku selalu diantar jemput sekolah sama Papa. Soalnya SMP Negeri 6 Makassar cukup jauh dari rumah, sekitar 45 menit dan 20km perjalanan harus ditempuh. Apalagi bukan jalur angkot yang langsung ke rumah. Kadang juga aku naik Bus Sekolah 04, tapi yah namanya Bus Sekolah, datang menjemput terlalu pagi, sampai sekolah terlalu siang-_-. Tapi, aku jadi mengenal separuh kehidupan siswa-siswi sekolahku yang meski tidak sekelas. Juga terima kasih kepada Om Bahar, sopir  yang friendly dan disayangi para penumpangnya ^^ haha.

Ngomong-ngomong tentang Bus Sekolah, ada banyak cerita manis di dalamnya, termasuk tentang masa cinta monyet -.-v . Terang-terangan saja ya, salah satu alasanku mau pulang naik Bus Sekolah sekalipun panas dan nyampenya lama, adalah karena ada orang yang waktu itu kusukai. Namanya Achmad Miftahul Khair. Dia salah satu anggota Geng Garfield, cukup terkenal di sekolah. Orang-orangnya sih waktu itu gawll -_- dan Miftah dikategorikan sebagai yang dianggap ‘aneh’, beda sendiri, gak bisa ditebak, dan berbuat sesukanya. Dulu, kalau hari Jumat, dia sering ke sekolah NAIK SEPEDA!! Padahal jaraknya  ±20 km! (rumah kami memang lumayan dekat, sekitar 2km). Karena itu pula, tiba di sekolah sekitar jam 9. Mentang-mentang hari Jumat adalah hari pengembangan diri, jadi bebas masuk jam berapa saja. Datang, ikut pengembangan diri, kemudian pulang di jam pulang sekolah. Bolos pun jarang ketahuan. Kan kelas-kelas pengembangan diri beda-beda, dulu sih aku ikut Teater sama Badminton, tapi kemudian malas dan memilih beralih menghabiskan waktu untuk duduk depan mushollah, menulis novel amatir meski hanya bermodalkan buku dan pulpen atau pensil.

Mengenai Miftah, kabar terakhir yang kutahu, dia melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Makassar. Aku pernah kecewa karena akhirnya dia merokok. Padahal waktu SMP dia tidak merokok meski di sekitarnya beterbangan asap rokok teman-temannya. Oh iya, aku tidak menemukan foto SMP. Waktu itu, memory handphone hilang bersama handphonenya :D

Selain tentang cinta monyet, kehidupan jaman SMP bisa dibilang cukup su-ram hahaha. Awalnya aku hanya iseng mendaftar ke sekolah itu, siapa duga rejeki nomplok bisa lulus. Aku masih ingat nomor tesku, 01-077. Alangkah girangnya keluargaku saat nomor tes itu tertera di koran.

Setelah menjalani rutinitas sebagai siswi, ternyata aku harus beradaptasi sangat banyak. Kondisi social yang jauh berbeda, menjadikanku sulit menyesuaikan diri dengan teman-teman. Waktu itu keluargaku memang tergolong kemampuan menengah. Tentu bukan kemampuanku untuk mengikuti arus pergaulan dengan nongkrong di kafe-kafe sekitar sekolah.

Pembicaraanku dengan mereka juga tidak nyambung. Di saat mereka sudah membahas salon, perawatan, handphone baru, tas branded, cowok anak kuliahan, Facebook, daaan lain-lain, aku masih membahas tentang keluargaku, komik, atau berimajinasi dengan novel. Yapp, pelampiasanku saat itu hanya pada menggambar manga, membaca komik, dan menulis novel. Seringkali aku menjadi korban bully teman kelas sendiri. Mungkin karena aku dianggap kolot, kurang update, atau apapun itu. Teman dekat waktu hanya beberapa; Widyawati Indahyani, Kartika Budi Handayani, Dwi Puspasari, Nur Anna Mira, Putri Dewi Saraswati, dan Rezky Fitrawati, kesemuanya adalah teman sekelasku juga, dari ribuan siswa (i) di SMP.

Benar-benar tidak nyaman berada di posisi terasingkan, terlupakan, dan terabaikan. Sorotan mata mereka begitu menusuk saat aku mencoba bergabung dengan pembicaraan mereka. Ketika aku mendapat penilaian baik dari guru-guru, mereka menatap tidak percaya dan sinis. Ketika aku mendapat penilaian buruk, mereka seolah menambah-nambah kesalahanku. Bagaimana perasaanku waktu itu? Aaahh sungguh penuh sesak di dalam dada. Sampai seringkali terpikirkan untuk pindah sekolah.

Aku mengenal Facebook tahun 2009. Membuat account tanpa foto profil karena belum tau cara memasangnya. Handphone sibuk SMSan, apalagi dengan kehadiran pacar pertama sejak 9 Mei 2009. Bagaimana mengenal dia? Dari chatting MiRC di sela-sela browsing mencari bahan tugas.
Aku cukup mengenal internet meski tidak paham fungsi Facebook. Aku bahkan tidak pernah punya akun Friendster. Aku mengenal Yahoo Messanger karena waktu itu kakakku sudah merantau kuliah di Negeri Jiran. Sebelum pergi, dia sudah mengajari cara chatting untuk memudahkan komunikasi dengan keluarga.

Setelah kakak merantau, huaaaksss hilanglah tempat curhatku tentang kejadian-kejadian yang kualami di sekolah. Kadang masih cerita lewat chat, tapi tentu sudah berbeda. Cukup menguatkan hati saja. Tapi Alhamdulillah, saat mendekati Ujian Nasional, mereka meminta maaf, memelukku dan menangis. Tertegun, haru, dan aku memaafkan mereka.


Foto ini kudownload dari Facebook. Kalian tau aku yang mana? Di sebelah kanan, memegang pipi seolah bersorak. Di sampingku itu Widya, yang pakai sweater hijau itu Tika. Sekarang Tika melanjutkan kuliah di Jerman. Kalau yang di bawah Tika, ada Puspa memakai baju batik sekolah. Sekarang Puspa kuliah Teknik Sipil di Universitas Hasanuddin. Sedangkan Rezky yang memakai sweater abu-abu, tatapannya tidak ke kamera, tepat di samping Tika. Kabarnya sudah tidak tahu lagi sekarang.

Tahun lalu, aku sempat menghadiri acara buka puasa bersama dengan mereka. Tapi yang hadir hanya segelintir. Suasanya sungguh berbeda, lucu jika kami mengingat masa SMP :”)

Next, SMA!! Wonderful stories was here!!
       
          
di foto itu, cari saja yang gayanya paling tidak jelas, alay, dan ababil. Yapp yang pinggir kiri itu aku !!

di foto itu aku yang paling atas -_- yahh kelas X - XI memang jaman-jaman kealayanku ._.v


dan akhirnyaaaaa........ aku tidak bergaya macam-macam lagi :”) eh ganti judul deng, AKHIRNYA KAMI LULUS :”””))))


Perpisahan kelas XI Exact 1 J
Semasa SMA, ada yang namanya best friends. Yaah sekedar info, kelas X itu jamannya main-main! Punya pertemanan namanya Yurikaa (Yhuni Rini Tika Amel). Kemana-mana barengan, mau ke kantin aja kayak nguasain jalan. Gayanya eolah anak gawl mau lewat, padahal sih kami bukan bermaksud demikian, kami hanya ingin lewat berbarengan. Kalau upacara bendera, kami selalu menghindari baris di depan. Alasan klasik, menghindari sorotan guru-guru sehingga bisa berdiri seenak jidat, ngobrol, kipas-kipas, dan lain-lain. Is it wrong? Gak lah yaa, masa SMA terlalu sayang untuk dijalani dengan terlalu teratur dan datar :d

Naik kelas XI, kami pisah kelas akibat rolling t.t Aku terpencar sendiri ke Exact 1 dan yang lainnya di Exact 2. Alhasil aku harus mondar mandir ke kelas mereka hikss. Awalnya aahh begitu sedih harus berpencar kelas. Memang sih, X4 waktu itu terlalu WOW. Di dalamnya ada yang pengen belajar bangeeeet semisal Dede Muhammad Faisal (sekarang kuliah di Akademi Meteorologi dan Geofisika), ada yang enggak bangeeet. Ada yang fashionable bangeeet semisal (Nurafiah Nita alias Vivi ataupun Dahniar Rahmadhani alias Wella), ada juga yang berantakan banget kayak ULYANTRAJA KELAMOR (sekarang kuliah International Relationship di Universitas Kristen Indonesia). Kenapa aku berani menulis nama Uly (sekarang dipanggil Amor oleh teman kuliahnya) dengan huruf capital? Ya karena dia teman dekatku juga. Aku menjamin dia tidak akan marah kok hihihi. Waktu itu juga berantakannya keterlaluan. Pernah dipanggil menghadap sama wali kelas XInya yang notabene papaku sendiri, karena alasan ‘tolong tulisannya dirapikan’. He to the low!  Tulisan perempuan bernama Uly ini memang meresahkan pembacanya. Terbang kesana kemari tanpa mempedulikan garis pada buku tulis. Sungguh merepotkan kalau kami mau mencontek, atau mempelajari catatannya. Dia pun juga kadang tidak mengerti tulisannya sendiri -_-

Selanjutnya, kategori cewek tercantik menurutku.... jengjengjengjenggg jatuh kepada Syarifah Yhuni Nur Fatiah. Lebih tepatnya sih manis. Yap, dia teman sebangku aku, anggota Yurikaa. Jaman SMA dia punya beberapa mantan yang gak perlu kuuraikan satu per satu, takutnya itu privacy hihi :3 Yang jelas, sekarang setauku dia sudah langgeng dengan pacarnya – Feisal Hebriyono, hasil cinta lokasi di ekskul Pramuka. Sedangkan kategori cowok terganteng menurutku jatuh kepada Gunawan Widiatmoko. Darah jawa, lulusan SMP Negeri 12 Makassar ini berpostur tinggi, warna kulit cokelat muda. Orangnya asik, stylenya santai. Sewaktu kami satu kelompok Praktikum Kimia, dia pernah bilang ‘untuk apa belajar beginian? Toh juga kalo sudah kerja memangnya mau menghitung yang begini-beginian’. Eng...... (- -,)

Sudahlah, lanjut ke kelas XI. Di kelas ini, pejantannya cuma 7 orang-_-
1.      Zulfiadi. Dia juga sepupuku. Sekarang kuliah PLN juga, tapi di Makassar, bukan STT.

2.      Ahmad M. Zuhfi . Hobi berganti-ganti, dari sulap, rubik, topi, terakhir setauku nge-dance. Riwayat menyukai sahabatku – Widyawati Indahyani sampai pernah nekat menyembunyikan kado di tas Widya waktu ulang tahun. Mirisnya, aku, Tami, Imha, Anchy, pernah mengajarinya jadi cowok yang Widya suka (landasan utama : riwayat mantan Widya). Tapi ujung-ujungnya DITOLAK. Oh nooooo!! t.t

3.      Mukhlish Hamid (sekarang kuliah Teknik Sipil Universitas Hasanuddin padahal cita-cita awal di Arsitektur. Hobi jaman SMA : nyoret kulit orang pake pulpen. Paling sering negur aku “pelan-pelan meko kalo makan” artinya kalo makan pelan aja). Dia partner belajar, soalnya pinter dan asik.

4.      Dede Muhammad Faisal. Riwayat jadi siswa teladan! Pernah dikurung di kelas demi kesejahteraan otak yang butuh istirahat, karena kerjaannya mengingatkan guru masuk kelas saat mendekati pergantian jam. Yap, kami sekelas waktu di kelas X. Dengar-dengar dia pernah naksir teman sekelas kami – Andi Tri hihii.

5.      Heriansyah P. Sekarang kuliah Hukum di Universitas Hasanuddin. Pintar, selow, gak muluk-muluk, teman ngobrol yang baik karena duduk bersebarangan dengan tempatku. Kalau di kelas lain cowok yang gangguin cewek, di kelas ini justru sebaliknya. Dan aku, Widya, Tami, Imha, Anchy, cukup sering mengganggu Heri xixi ^^)V

6.      Supratman. Sekarang kuliah di Universitas Muslim Indonesia. Gak tau jurusan apa hehee. Banyak yang bilang dia setengah laki-laki. Yah memang sih gayanya waktu itu lumayan hmmmm :) tapi dia sangat menjaga teman-teman perempuannya. Asik, tekun, dan sabar.

7.      Muhammad Noartawira Sadirga Saleh!! Dia ini aaaahh muda tapi ketuaan -_- please Dirga pleaseee kau itu masih 16 tahun waktu itu! Stop bicara politik, stop bicara keloyalan, stop bicara undang-undang dengan stylemu ala-ala anggota DPR -_- Tapi alhasil, dia juga sekarang kuliah Hukum di Universitas Hasanuddin. Udah passion di situ :3 Oh iya, dia itu sebenarnya punya sisi melankolis yang ..... hihihii privacy orang gak usah diceritakan lah yaa.

Uokkeeeyy itulah mereka, 7 orang dari 28 siswa(i). Yaahh ibaratnya 1 laki-laki dapat 1 istri dengan 3 selir ._. Jujur saja, awalnya kelas ini membosankan. Bahkan TERLALU membosankan. Bahkan pernah terjadi kontroversi karena salah satu teman kami, Siti Fatimah Hamid pernah menangis karena kami. Ah ceritanya panjang, mungkin juga privacy. Aku tidak meminta izin untuk menulis kisahnya. Kontroversi berikutnya adalah tentang si geng ribut dan si geng belajar. Terlalu susah untuk kompak tapi banyak rencana yang terwujudkan semisal foto kelas dan jalan-jalan bareng.


Naik ke kelas XII, kembali dirolling. Masuk kelas XII Exact 4 wkwkwkk. Di kelas XII, sekelas dengan Ulyantraja Kelamor dan Widyawati Indahyani (lagi). You know? Widya ini udah jadi teman sebangku selama SMP dan kelas XI, juga XII!! 5 tahun brooo. Di sini, aku bersahabat dengan Widya, Uly, dan satu tambahan Novia Riana Pratiwi. Berikutnya akan kujelaskan satu per satu.
Dari kiri ke kanan :  Rini, Novi, Uly, Widya
1.      Widyawati Indahyani
Lahir Pare-Pare, 11 April 1995. Dia yang paling muda di antara kami, tapi paling cantik juga. Fansnya banyak-_- bodi gitar, tinggi semampai, berat badan ideal, putih mulus, berambut panjang, rapi, bersih, tekun, perfectionist, dan pintar. Tapi cukup perhitungan xixixii ^^)v

Dengan modal persahabatan yang sudah menginjak usia 8 tahun, aku cukup tau menjadi saksi masa evolusinya :3 Widya yang kelas VII jauh beda dengan yang di foto ini. Tas ransel, rok jojon, mata sipit, ikatan rambut dimana-mana, ‘perlengkapan ajaib’ di tas mulai dari isi staples, selotip, double-tipe, pulpen warna warni, pensil biasa + pensil kinetic, dan masih banyak lagi. Padahal bagiku mau biasa kek, kinetic kek, yang penting pensil! Fungsinya sama aja. Tapi bagi Widya, they’re different :3

Kami memang beda. Beda jauuuh malah-_- Seorang Rini riwayat sekolah always telat, dan ber-image sebagai siswi paling nekat manjat tembok sekolah. Boro-boro peralatan lengkap! Bawa pulpen 2 aja udah syukur. Prinsip : yang penting itu masuk kelas dan dapat ilmunya. Catetan gak perlu rapi, yang penting mutu!

2.      Ulyantraja Kelamor
Tadi aku udah sempat cerita tentang cewek ini. Orang tuanya berambisi dia kuliah Kedokteran, dan prinsipnya kalau orang tuanya bahagia, dia juga akan bahagia. Tapi sebenarnya, dia pengen jadi artis :”) Manis kan? Account Twitternya @kelamoor *eh

Ada makna di balik namanya : Ulang tahun Ayah, dari Toraja, kelahiran Timor. Yup! Dia orang Toraja, kelahiran Kupang, 20 Januari 1995, tepat di hari ulang tahun papanya. Nama kakak dan adiknya juga merupakan singkatan yang dibuat papanya.

3.      Novia Riana Pratiwi
Sebenarnya namanya bukan itu! Melainkan ..... entah, aku juga lupa. Hanya saja waktu pembuatan akte kelahiran, petugas sepertinya salah tulis nama. Keluarga Novi selow saja, toh namanya juga gak jelek.

Lahir 20  November 1994, masih darah Jawa. Dengan ini fix bahwa akulah yang tertua di antara mereka hikss. Kepribadian : pelawak! Walaupun dia sendiri tidak merasa lucu. Yahh memang menurut kami bakatnya itu turunan dari ayahnya yang juga lucu haha. Dia juga tempat curhat banyak manusia-manusia melankolis wkwk. Tapi meen kalo lagi badmood..., wedeeeww bagaikan ada tulisan ‘DON’T TOUCH ME!’ di jidatnya. Semua bisa kena!


Sebenarnya selain mereka, ada satu orang lagi yang tidak asing. Bahkan sangat tidak asing. Aku satu kelas dengan dia, mantanku, yang pacaran sejak kelas IX – XI. Namanya Ilham Akbar. Terima kasih padanya, karena sampai saat ini bisa dibilang dia mantan terindah *eeaaa. Bukan karena aku masih sayang! Melainkan karena banyak pendewasaan yang kudapat dari kisah hubungan kami :”) Alasan putus? Hm sebut saja karena waktu kami terlalu saling menyayangi. Sampai sampai aku membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk move on. Bahkan pernah menangis di kolong meja waktu kelas XI karena air mata sudah netes sebelum aku sempat ke toilet. Fiuhh. Sekalipun setelah putus aku sempat pacaran dengan orang lain, tetap saja hatiku waktu itu gak benar-benar move on. Sesuatu yang terlallu itu emang gak baik :)

Pacar pertama, cinta pertama, juga cukup controversial. Pernah merasa diPHPkan, pernah dibentak, sering menangis, tapi juga sering bahagia dan sangat bahagia. Pernah kakak-adek-an, pernah ada perselingkuhan yang termaafkan, beberapa kali putus-nyambung, biasa ke rumah aku buat belajar bareng, satu SMA tanpa disengaja, ice creams, surprises, dan satu-satunya yang dikenal + ketemu dengan Mama-Papa. Pribadi yang bertanggung jawab, menjaga, tapi juga keras. Memories oh memories. Kalau kisah kami mau diuraikan, terlalu panjang. Cukup aku dan para saksi saja yang tahu.

Sekarang, dia kuliah Teknik Perminyakan Universitas Trisakti. Pacarnya masih Fadhillah Azizah Faisal, sudah dua tahun lebih sejak 23 Agustus 2011 (waktu itu ulang tahun Ilham yang ke 17). Sepertinya kalian bisa menebak adanya kontroversi dari kejadian itu :D
Aku tidak pernah niat mau melupakan tiap memori, sekalipun itu mantan. Sekalipun aku sudah dengan orang lain. Karena bagiku tiap kisah itu warna yang patut kusyukuri. Baik buruknya adalah pengalaman, pembelajaran, dan aku akan tersenyum sangaaat bahagia saat dukaku sudah lewat :”)


Yaaap yaaapp yaaapp !! Sekarang aku Rini yang berbeda. Ilham juga bilang aku sudah sombong karena sudah bahagia. Hmm sebenarnya aku hanya tidak pandai menyapa orang saat aku tidak tahu akan membahas apa. Terutama terhadap yang lama tidak saling bertegur sapa. Maaf.

Haah masa-masa remaja. Labil, tapi kelabilan itu yang membuat berwarna. Aku bahagia dengan apapun yang terjadi. Setelah melihat foto-foto lawas, aku semakin menyadari kehidupanku normal sama seperti anak lainnya.

Aku pernah merasa sendirian juga ramai, pernah merasa sedih sekali juga bahagia sekali, pernah tidak berkawan kemudian berkawan banyak, pernah galau karena lelaki dan bahagia karena lelaki pula, pernah punya masalah keluarga dan merasakan nikmat keluarga, pernah kudet dan pernah yaah cukuplaah sudah bisa ke ulang tahun teman, menginap ladies nite menikmati kamar hotel hadiah lomba karya tulis, mengikuti Prom Night, nonton film, jalan-jalan, daaan lain-lain. Hidup memang terus berotasi. Tidak sepatutnya menyesali atau miris terhadap hidup kita. Selalu ada yang jauh lebih manis setelah merasakan yang sangat pahit :)






KULIAH
Then, here I am. Sekolah Tinggi Teknik – Perusahaan Listrik Negara (STT-PLN). Berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat.  Kuliah jurusan Teknik Informatika, dan sudah di akhir semester 3. Jujur, awalnya aku tidak tahu kemana arah lulusan Teknik Informatika. Aku hanya sekedar mengikuti nasehat kakak untuk memilih jurusan itu. Katanya bagus dan banyak dibutuhkan. Aku dulunya mana peduli dengan dunia IT? Taunya hanya memakai, jadi konsumen, beres! Hahaha tau-taunya sekarang malah hidup dengan komputer, teknologi, program, aplikasi, coding, jaringan, informasi, daaan lain-laaain.

Awalnya aku merasa sangat SHOCK !! Basic-ku di SMA adalah exact! Malah kuliah IT yang basicnya SMK Multimedia. Alhasil, semester 1 sempat beberapa kali menangis di Lab. Komputer Dasar karena tidak paham dengan codingan t.t Nilai Praktikum Algoritma dan Pemrograman 1 adalah C+ dimana C adalah nilai standar lulus. Sampai sekarang pun aku masih tidak mahir membuat program untuk perulangan. Alhamdulillah di makul AlPro 2 di semester 2, bisa kujalani dengan baik, peningkatan jadi dari C+ menjadi B+. Saat ini, aku khawatir terhadap nilai Perangkat Lunak Jaringan Dasar. Mata kuliah 4 SKS yang membuat mahasiswa (i) bergulat dengan terminal linux, selama berjam-jam depan komputer. Di mata kuliah ini, tanda *&^%$#@!)(~{}[].,/?=- bahkan spasi, memiliki arti masing-masing J Cukup hela nafas dan senyumin aja lahh..

Oh iya, aku mulai memakai kerudung semenjak lulus SMA J Alhamdulillah... Bagiku, usia kuliah, 17 tahun ke atas adalah masa dimana aku sudah harus bisa mengatur diri. Mempersiapkan diri untuk masa depan karena tanggung jawab sudah semakin banyak, semakin besar.
Kuliah merantau di kota orang, otomatis harus hidup mandiri. Aku ngekost di kosan Bu Ibah, anak-anak kosan menamakan Kosan 46 karena rumah hijau itu bernomor 46. Terdapat 6 kamar, dan 6 cewek-cewek cantik :3 Kesemuanya kuliah di STT-PLN, angkatan 2012, dan dari berbagai penjuru kota dan provinsi di Indonesia.
Dari kiri ke kanan : Resi, Rini, Ciska, Lisna, Hesti, Jane
1.      Hestina T. Dwayani
Asal Pati, Jawa Tengah (sekitar 2 jam dari Semarang). Iki loh koncoku yang moodyan. Kalo seneng bisa teriak girang banget, kalo sedih bisa nangis diam dan aneh banget. Kedua fase itu bisa terjadi bergantian, tergantung moodnya.

Tapi menurutku dia yang paling keibuan di kosan kami. Hangat, tipekal mendengar dan bercerita, easy going, tidak manja, bisa diajak dalam kondisi apapun, juga perkembangannya semakin kesini makin cekatan :)

2.      Resiana Silaen
Ah aku sering mengejeknya hanya numpang marga Silaen. Buktinya dia kelahiran Palembang, besar di Palembang, lancar bahasa Palembang dan tidak tahu bahasa Batak hahahahaha. Kepribadian ..... eng .... cukup satu kata : GILA. Sudah, itu saja. Satu kosan menyatakan bahwa dia adalah orang terunik dan tergila yang pernah ditemui. Wajahnya memang kalem, tapi woooohh sebenarnya berbanding terbalik. Eitss tapi dia gila yang baik-baik kok :)

Oh iya, dia yang paling tekun belajar, juga paling sering begadang. Alasannya kalau siang gak enak belajar, enaknya kalau malam saat semua sudah tidur. Okesip. Alasan diterima.

3.      Lisna Caesaria Sipayung
Nahh kalau boru yang satu ini, barulah Batak. Lahir, tinggal, besar, dan bahasanya memang pas kali lah. Rumahnya di Tebing Tinggi. Entah itu seberapa jauh dari Medan, aku belum pernah kesana ._.

Kepribadian : girlie. Ah damai permai kali hidup Lisna ini. Kadang kesal sikit aku dibuatnya. Bukan karena apa, tapi kalo terlalu teratur kurasa belum hidup namanya hahahahaha (ceritanya lagi sok Batak).

4.      Jane Shannaz Luciana Ranuntu
Asal Palu, Sulawesi Tengah. Ah aku punya teman sesama Sulawesi :”) Dia jadi penolong terutama saat masih awal merantau dan lidah belum terbiasa dengan dialek Jakarta.

Kepribadian? Paket komplit! Tidak feminim tapi suka Korea, pintar tapi always pesimis. Saat dia mengeluh, kami sering bilang ‘alaaahh palingan juga nanti ujian dapat 80an’. Tipekal melankolis.  Sering bingung pada hal-hal yang tidak perlu dibingungkan-_- Baiknya, dia bijaksana, bermulut manis, pembawaan tenang, dan selalu berusaha ^^

5.      Franciska Basauli Lubis
Ini juga orang Batak yang besar di Jambi. Ah kalian ini masih dari kecil sudah merantau di kota orang. Sama, aku pun orang Bugis sudah merantau di Makassar tapi ngakunya orang Bugis. Tapi lah memang Ciska orang Batak besar di Jambi dan aku pun orang Bugis besar di Makassar. Tapi aku tau bahasa Bugis dan tidak tau bahasa Makassar. Bedalah dengan Resi -_- Kalau Ciska masih mending, bisalah Batak sikit-sikit sementara Jambi-nya kental.

Kepribadian : periang, tipe bercerita, bijaksana, tapi juga manja kali sama keluarga kalau kata kami sih menye-menye :d Padahal pacarnya, si Momo itu weeh suaranya macam bapak-bapak kali -_- 



DI LUAR KOSAN
Di awal kuliah, syukur Tuhan aku sudah bisa dekat dengan teman-teman. Meski kami berasal dari berbagai provinsi dan kepulauan di Indonesia. Semester satu, kelas B, itu adalah kelas dimana kurasa isinya paling kompak. Satu rasa! Kami sering berkumpul di depan Kosan Casmo di malam hari. Entah itu sekedar ngerumpi, membagi makanan, cerita tentang daerah masing-masing, belajar bersama, juga kerja kelompok. Kebetulan teras kosan itu cukup lapang untuk menampung kami.

Wiwit Widya Pangestika, asal Trenggalek, Jawa Timur.
Endah Tri Utari, asal Blora, Jawa Timur.
Silviana Dwi Wahyu, asal Karanganyar, Solo.
Siska Priyaningrum, asal Semarang, Jawa Tengah.
Andika Cendekia Nugraha, asal Padang, Sumatera Barat.
Angga Dwi Cahya, asal Lampung.
Rifki Zamzami, asal Banyuwangi, Jawa Timur.
Ari Yelsa Julio, asal Riau.


Selain ngumpul di Kosan Casmo, kami juga sering merancang strategi untuk memperingati ulang tahun salah satu teman kami, dilanjutkan dengan makan-makan bersama.. Aku salah satu yang mendapat ‘hasil rancangan’ mereka DUA KALI !! :D Ada juga kegiatan buka puasa bersama sebelum pulang liburan ke daerah masing-masing.


Dari kiri ke kanan : Angga Dwi Cahya (Angga), Hanan Tahriri Ravaie (Hanan), Arif Dwi Pranata (Arif), M. Gofaruddin Falah (Falah), Toro Rahman Aziz (Toro), Dekasi Nurul Haq (Deka), Ari Yelsa Julio (Elsa), Purwanto (Ipung), dan Rini Hardiyanti (aku).


After jogging together. Andika, Wiwit, Rini at Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

Tapi sayangnya, memasuki semester 2, lambat laun kelas yang berbeda dan kesibukan kuliah menjadikan kedekatan kami berkurang L Ditambah lagi ada yang sibuk organisasi, sibuk jadi Asisten Lab., sibuk dengan 24 SKS, dan lain-lain. Meski begitu, bagiku kita tetap keluarga kelas B. Kelas yang paling menyatu, ada makanan dioper satu kelas, belajar bersama, ribut bersama, menertawakan hal yang sama, termasuk jawaban dibagi bersama :D xixi.

Aku tidak tau bagaimana kondisi kelas lain. Apakah mereka lebih baik, lebih seru, atau bagaimanalah. Mereka yang berada di kelas itu, mereka yang merasakan suka dukanya. Aku cukup menyatakan bahwa kelasku di semester 1 dan 2 sungguh menyenangkan kekeluargaannya :)




Keluarga Kelas B – Keluarga Pertama di STT-PLN

Oh iya, ada yang ketinggalan. Di H-2 UAS terakhir, tepatnya 7 Februari 2013, aku berpacaran dengan mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2011. Namanya Ashabul Kahfi, kami sama-sama dari Sulawesi Selatan yang bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (HM Sutan Batara), tapi dia di Kota Palopo. Butuh waktu tempuh perjalanan 9-10 jam dari Kota Makassar.

Awal mula kenal karena dia menyapaku saat aku jalan menuju kampus. Saat itu aku langsung tau dia orang Sulawesi berdasarkan dialeknya, tetapi aku masih belum tau namanya.

Awal dekat, karena tugas akhir. Dia datang dengan temannya ke Kosan Casmo untuk mengajari adik-adik 2012 dalam mengerjakan program tugas akhir. Kebetulan di malam itu, aku meminta tolong padanya untuk membantu menyebarkan angket tugas Bahasa Indonesia-ku, ke teman-teman seangkatannya. Jadi pertemuan selanjutnya juga karena angket itu.


Setelah pacaran, yaahh aku bahagia bersamanya. Dia seorang laki-laki cerdas dan sabar. Dia selalu membimbingku banyak hal, memberiku nasehat dan saran, sabar meski aku sering merasa putus asa terutama saat belajar yang menurutku materinya tidak jelas peruntukannya, juga menenangkan di saat aku panik. Apalagi aku cukup berperan di komunitasku (Komunitas GET). Ibaratnya, di balik kesuksesanku, selalu ada dia. Benar sih kata Mama, anak bungsu itu cocoknya sama anak sulung. Toh dia memang jadi kakak sekaligus pacar yang baik untukku. Kebetulan dia memang anak sulung dengan 2 adik, dan aku anak bungsu dari 2 bersaudara.

Memasuki semester 3, aaahh 24 SKS oh 24 SKS...! Awalnya kupikir tidak akan berat, toh hanya menambah 1-2 mata kuliah saja dari sebelumnya yang dijatahkan kampus 21 SKS. Eh tapi brooohh setelah dijalani O.O ungkapan-ungkapan ‘Mata Panda’, “Kembalikan jatah tidurkuuuuu!!”, “Kuliahnya 2 jam, nugasnya 5 jam!!”, daaan lain-laiin sungguh erat mencekik kencang membahana !! Semester 3 memang sungguh perlu banyak-banyak menguatkan hati. Apalagi dengan mata kuliah yang semakin rumit, juga mata kuliah semester 5 yang sengaja diambil karena dikiranya mudah eeehh ternyata matkul itu begitu dahsyatt! Dosen yang semakin menyiksahhh, banyak maunyahh, bikin unmood kuliaah, mereka bagai berjatuhan di semester 3 t.t hiksss

Ah sudahlah, selanjutnya akan kuceritakan, sebuah tragedi dimana mungkin kalian akan ilfeel padaku. Setelah 8 bulan lebih pacaran, hubunganku dengan Kak Kahfi dilanda goncangan. Awalnya mungkin karena rasa tidak tahanku terhadap kesibukan Kak Kahfi sebagai Asisten Lab. Open Source. Dimana sebelumnya hampir tiap hari kami bertemu untuk makan siang atau malam bersama, komunikasi lancar deras sepanjang masa, kering atau hujan bersama, tau-taunya di awal semester 3 kami harus membendung semua itu. Jangankan makan malam bersama, frenkuensi SMSan atau chat pun turun drastiss!

Yah aku mengerti kalau dia sibuk di lab, mengawas, mengajar, maintenance dari pagi sampai sore bahkan malam. Tapi kondisi itu membuatku lengah. Kami satu kampus, satu jurusan, satu gedung, sama-sama kebanyakan kuliah di lantai 3 dan 5, tapi jarang sekali bertemu. Kalaupun bertemu hanya senyum dan lewat. Apalagi aku juga sibuk kerja di PJTM (Pusat Jasa Teknik dan Manajemen Terapan) di kampus, setiap Minggu pagi aku pergi. Kapan waktu kami bertemu? Hari Sabtu juga waktu tenang untuk mengerjakan tugas.

Hingga akhirnya, kelengahan itu menjadikan sosok orang yang sudah lama sembunyi, kini kembali lagi. Sosok yang sebenarnya sudah kenal sejak pelatihan mahasiswa baru di Kopassus (Komando Pasukan Khusus) Batalyon 23 Bogor. Namanya Erno Kurniawan Dewantara, dipanggil Erno.

Kalian tau? Saat dimana kita terlalu jahat adalah ketika logika dan perasaan tidak sejalan. Aku sadar, aku tau betapa jahatnya aku terhadap Kak Kahfi. Aku tau aku sudah sangat berdosa telah menyakiti hati orang sebaik dia. Tapi apa boleh dikata, hatiku terus-terusan ke Erno. Aku sayang ke Kak Kahfi, juga ke Erno. Mereka mempunyai posisi masing-masing di hatiku. Berderai air mata atas rasa bersalahku. Juga terpancar senyum bahagia setiap kali bertemu atau hanya sekedar mengetahui hal kecil tentang Erno. Terutama saat Erno menelepon, mengabariku bahwa dia masih di jalan sepulang dari Bandung. Aku bahagia sekali.

Jawa Timur Trip
27 Desember 2013, aku naik kereta Kertajaya dari Stasiun Senen Jakarta menuju Stasiun Turi Surabaya. Waktu itu harga tiket masih Rp. 50.000,-. Aku menempuh perjalanan selama ±12 jam. Aku sempat turun dan jalan-jalan di stasiun Semarang saat kereta transit lebih lama. Kemudian mendekati Surabaya, aku mengirimkan chat ke Erno, mengingatkan untuk dijemput di Stasiun Turi. Tapi ternyata dia ketiduran. Aku telepon dan syukurlah dia mengangkat, meminta maaf, dan memintaku menunggunya sebentar.

Surabaya, 28 Desember 2013
Sampai di Stasiun Turi Surabaya sekitar jam 4 subuh, aku sudah disambut banyak sekali tukang ojek yang berusaha menjemput rejeki. Aku menolak mereka dengan senyum dan menjawab “Ada jemputan kok”. Kemudian handphoneku berdering lagi, Erno menelepon, mengabawari bahwa dia sudah di jalan, sedang isi bensin dulu. Maka kupilih membaca novel sambil menunggu di depan Alfamart – tempat janjian kami.

Tidak lama kemudian, dia memanggil dan sudah berdiri di hadapanku. Kesan pertama = dia terlalu rapi. Kemeja abu-abu dan kaos putih di dalamnya. Dia mengajakku langsung ke parkiran, menemui kendaraan yang dia pakai menjemputku. Aku sempat bertanya, “Aku di depan atau belakang aja?” dan dia menjawab agar aku di depan saja.

Dari stasiun, dia memintaku untuk makan dulu sebelum lanjut ke stasiun lain yang keretanya akan menghantarkanku ke Mojokerto. Sekitar 15 menit mutar-mutar mencari penjual makanan yang buka, akhirnya kami menemukan penjual Mie Ayam di pinggir jalan. Erno memesankan Mie Ayam seporsi dengan bahasa Jawa-nya yang kental juga satu cangkir kopi untuknya. Dia duduk di seberang meja karena mungkin segan padaku, yah saat itu dia merokok.

Setelah makan, kami langsung ke stasiun. Dia memperkenalkan sekolahnya – SMA Negeri 2 Surabaya, dan beberapa tempat lain yang kami lalui. Kesan tentang Surabaya, tidak jauh beda dengan Kota Makassar. Entah kalau kondisi di wilayah Surabaya yang lain. Kami tidak bisa lama-lama karena jam 6 pagi dia sudah janji untuk mengantar papanya ke Malang.

Di stasiun, aku menunggu Andika. Kami sama-sama ke Mojokerto, tiket jam 10.40. Aku memilih tidur dan jalan-jalan untuk menghabiskan waktu. Begitu Andika datang, sekitar jam setengah 9, kami kembali jalan-jalan ke Museum Kapal Selam.

Perjalanan naik kereta ke Mojokerto begitu mengesankan. Tiket kami sebenarnya tanpa tempat duduk! Tapi syukur karena ada bangku kosong yang ditempati penumpangnya di stasiun-stasiun belakangan, maka kami pun bisa duduk di situ. Cerita lainnya adalah dimana pertama kalinya aku mendapati lompia dimakan dengan daun bawang! Karena di Makassar biasanya lompia dimakan dengan cabe rawit. Pedagang makanan mondar mandir di koridor kereta yang sempit karena banyak orang berdiri. Mulai dari tahu goreng, onde-onde, lompia, dan beragam jajanan lainnya. Ada pula pengamen ramai-ramai menyanyikan lagu dangdut yang sedang naik daun. Oh Tuhan, kereta ini begitu.... awesome!! :’) banyak yang kudapatkan tentang Jawa Timur melalui satu kali perjalanan di kereta itu.

Mojokerto, 28-29 Desember 2013
Sesampai di Mojokerto, kami disambut Wiwit yang datang dari Trenggalek, Lidya Intan, dan Galuh Mujayanto. Lidya dan Galuh lah yang berikutnya menghantarkan kami mengelilingi Kota Mojokerto. Terlebih dahulu kami pulang ke rumah Galuh, makan siang kemudian langsung pergi mengunjungi candi-candi peninggalan Kerajaan Mojopahit. Oh iya, kata ‘Mojo’ dari nama Mojokerto diambil dari nama Kerajaan Mojopahit.


Lidya, Wiwit, Rini

Malam harinya yang bertepatan dengan malam minggu, kami makan malam di RM. Khayangan 2. Oh iya, selama di Mojokerto, kami juga trip dengan Puput Wicaksana (tetangga Galuh yang juga teman kampus kami) dan adik Galuh yang sudah kelas X. Malam minggu hebat dengan teman-teman, sambil menikmati suasana Kota Mojokerto. Sepulang makan malam, kami keliling-keliling, melihat ke alun-alun yang saat itu sedang direnovasi. Ada banyak cerita di hari itu, sebelum akhirnya kami dipisahkan jarak antara rumah Galuh dan rumah Lidya.

 Keesokan harinya kami jalan-jalan ke Trawas. Di sana ada air terjun, pemandian air hangat, dan outbond.



Soal pemandangan, it’s amazing! Gunung-gunung yang terlihat begitu tinggi. Kalau kata Lidya atau Galuh (saya lupa tepatnya, pokonya antara mereka yang bilang haha), Trawas itu ibarat Bogor. Tapi menurutku, ini lebih dari Bogor. Ada sawahnya, kalau Bogor gak ada :D

Kemudian lanjut mendem duren yang masih di kawasan Trawas juga. Mendem duren dalam bahasa Jawa berarti mabuk duren. Hanya saja cukup kecewa dengan harga durennya-_- jadi kami memilih minum jus duren dan es duren saja sambil menikmati cemilan-cemilan lain :D

Sepulang dari Trawas, perut lapar, mau makan sate. Akhirnya kami diantar ke Mojosari, di sanalah Sate Kambing yang sampai saat ini belum terlupakan rasanya!! Ueeenak tenann! Waktu itu kupesan 10 tusuk dengan sepiring nasi. Sambalnya pedasnya nendang! Pas dengan rasa daging kambingnya yang berukuran pas di mulut. Tapi Andika tidak kuat menghabiskan satenya karena kepedasan, akhirnya aku makan 13 tusuk. Huaaahhh surganya kuliner dari Mojosari, Kota Mojokerto. Aku sangat ingin ke sana lagi, semoga bisa :”)

Trenggalek, 29 Desember 2013 - 1 Januari 2014
Begitu sampai di rumah Lidya, kami langsung berkemas dan diantar ke terminal Mojokerto. Andika naik bis menuju Surabaya menemui Papa dan abangnya, sedangkan aku dan Wiwit menuju Trenggalek dengan bis Pelita Jaya. Tarif bis waktu itu 17.000 per orang. Sekitar 4 jam perjalanan, kami tiba dan turun di Durenan. Kami dijemput bapak Wiwit dan sampai di rumah Wiwit sekitar 5 menit kemudian.

Keluarga Wiwit, tak terlupakan. Mereka hangat, terutama ibunya. Aku rindu pada adik Wiwit, namanya Prima. Dia lucu sekali, usianya sekitar 2 tahun. Dia juga memanggilku ‘Mbak’. Aku pernah memandikan dan memakaikan bajunya, dia sama sekali tidak menangis, malah tertawa. Aku ingat tiap pagi dia bangun lebih awal dan masuk ke kamar, naik ke tempat tidur, memainkan rambut, mencoba membangunkanku :”)

Bagaimana dengan ibu Wiwit? Yah kami saling berbagi resep makanan, cara-cara memasak beberapa jenis makanan. Kebetulan aku memang suka memasak. Aku belajar membuat beberapa makanan yang aku tidak tau namanya, begitu pula dengan beliau. Saat aku membuat Pisang Ijo untuk kami dan keluarga, beliau memperhatikan dan turut membantu. Bertanya beberapa hal untuk menjawab keingintahuannya. Saat itu Pisang Ijo kusajikan hangat karena Trenggalek memang cukup dingin. Alhamdulillah sekeluarga Wiwit menyukai Pisang Ijo yang kubuat.

Di Trenggalek, kami sempat berwisata ke Pantai Pasir Putih. Kami naik kapal kecil, menikmati pemandangan laut. Selanjutnya mandi dan membeli buah tangan. Setelah dari Pantai Pasir Putih, kami mengunjungi goa terpanjang se-Asia Tenggara. Aku lupa namanya, yang jelas kalau diartikan jadi goa ratu kalelawar.




1 Januari, sekitar jam 10 malam kami pergi dari rumah Wiwit. Ada banyak amanah dan nasehat dari ibu Wiwit yang beliau titipkan kepadaku. Beliau memeluk dan mencium kedua pipiku, aku salim, kemudian berangkat menuju stasiun. Apa yang kurasakan? Bagai meninggalkan keluarga :” Aku merindukan mereka. Insyaa Allah suatu saat aku bisa membalas kebaikan mereka.


Tujuan Jakarta 795 KM, kereta Matarmaja, gerbong 3, berangkat jam 11 malam.

Oh iya, di perjalanan kami bertemu Shentin Abigail. Dia berangkat dari Kediri, duduk di gerbong 2 yang selanjutnya pindah di gerbong kami. Daripada sendiri, kenapa gak rame-rame aja? Ya kan? Dan sebuah tragedi terjadi!! Kereta yang kami tumpangi itu bisa dibilang KERETA KEONG!! Perlu Anda tau bahwa subuh keesokan harinya kami masih di Madiun!! He to the low itu masih kawasan Jawa Timur meeen, masih jauh dari perbatasan Jawa Tengah, padahal di tiket harusnya kami tiba di Jakarta jam 1 siang. Alhasil aku tidak tenang. Pulsa tidak ada padahal harus menyebar pesan tentang akan diadakan briefing jam 4 sore. Jadinya ku-chat saja anggota humasku, meminta tolong untuk dia mengambil alih tugas itu.

Tugas lain ialah aku harus mencetak konsep yang dikirimkan coordinator acara, karena printer Komunitas GET ada padaku (waktu itu aku menjabat sebagai sekretaris umum Komunitas GET), dan dibawa pada saat briefing. Cemana caranya coba?

Tugas ketiga yang tak kalah pentingnya! Kami ada tugas Prak. Teknik Digital yang nilainya dijadikan nilai UAS Prak. Teknik Digital. Tugas itu dikumpul tanggal 2, hari itu juga. Aku sudah punya jawabannya, hanya saja masih di kosan! Belum kusalin rapi.  Jadinya kami (aku dan Wiwit) mengerjakan di kereta dengan rasa putus asa karena keretanya sungguh lamban. Kami menerka kereta akan tiba di Jakarta jam 3 sore, sampai Cengkareng mungkin jam 4 sore, mana sempat mengumpulkan tugas. Ingin rasanya kami menangis di kereta t.t Tapi harus kuat-kuuaaat, tegaaaaar, dan Alhamdulillah dapat kabar dari Kak Kahfi kalau kami diberi kebijakan mengumpulkan keesokan harinya jam 9. Wooohhh lega ooooiiii!! Tuhan Maha Baik, Tuhan memberi jalan keluar kepada kami.
Selanjutnya apa yang kami lakukan? Berusaha menikmati perjalanan :”)


Jakarta
Kembali ke Jakarta, ternyata hubunganku dengan Kak Kahfi semakin dekat. Waktu itu, dia ditimpa musibah pada kesehatannya. Dia menderita usus buntu. Mana mungkin aku membiarkan dia merasakan sakitnya seorang diri. Maka kuhantarkan dia ke dokter, kurawat dengan semampuku meski aku tidak sehangat seorang ibu, memasakkan bubur sehat untuknya, mencari obat, lain-lain. Yahh itu kujalani hingga dia sembuh.

7 Januari 2014, Erno kembali ke Jakarta. Apa yang kulakukan? Aku berdiam diri. Tidak berani menghubunginya. Kedekatanku pada Kak Kahfi membuatku harus berjanji untuk memutuskan hubungan dengan Erno. Bagaimana perasaanku? Saat kita sedang mencintai seseorang kemudian harus memutuskan hubungan, ah itu bagai....... entahlah.

Aku sadar bahwa itu resiko karena aku sudah berani memulai. Beberapa kali aku terbangun setelah memimpikan Erno, kemudian menangis sendirian. Maafkan aku Erno. Maka kupilih untuk mengirimkan chat penjelaskanku terhadapnya, meski itu telah melanggar janjiku pada Kak Kahfi. Aku tidak bisa pergi begitu saja tanpa penjelasan. Itu masih jadi chat terakhir sampai saat ini.

Aku tau Erno pasti kecewa, mungkin juga sakit hati, mungkin juga marah. Hanya saja cukuplah, walaupun hanya sebentar, setidaknya kita sudah pernah dekat. Cukuplah itu No, kita memang tidak lagi saling berkomunikasi langsung. Aku harus menjaga hati seseorang yang terlebih dahulu telah bersamaku. Kita tidak akan tenang atas rasa sakit orang lain. Aku harus kembali pada kehidupanku, semoga kamu ikhlas dan bahagia atas ketulusanmu :”)

Setelah membaca kisah di atas, bagaimana pendapat kalian? Yapp aku juga manusia biasa. Bisa sedih, bisa egois, bisa tega, dan bisa menyakiti. Maka Alhamdulillah atas setiap maaf kepadaku. Dari dulu, satu hal yang membuatku menangis berulang-ulang adalah karena perasaan. Sekuat-kuatku menghadapi lika-liku perkuliahan, nilai yang naik-turun, tekanan di organisasi, deadline ini-itu, bisa dibilang aku masih bisa menyemangati diri. Paling menangisnya hanya sekali kemudian bangkit dalam 2-3 jam kemudian. Tapi jika menyangkut perasaan dengan orang yang kusayangi, aku bisa menangis entah berapa kali. Kalaupun tidak menangis, batinku yang terlalu sedih hingga tangis pun tak mampu mengais pilu.

Sekarang, aku menjalani hari-hariku dengan Kak Kahfi. Kami tertawa bersama dan aku bahagia. Aku kembali ke kehidupanku.

Kau datang di saat yang tidak tepat
Diriku t’lah dimilikinya..
(Potongan lagu Fatin Sidqia Lubis – Aku Memilih Setia)

Aku tau inilah jalan terbaik. Aku harus bisa menerima kenyataan. Aku harus mencintai orang yang bersamaku saat ini, kembali seperti dulu. Aku tidak boleh marah pada keadaan, juga tidak boleh membelokkan takdir. Jika memang takdirku dengan Kak Kahfi, aku harus bisa merelakan Erno. Bagaimanapun juga, harga diriku sebagai wanita dilihat dari kesetiaanku. Aku harus bisa menjadi penyejuk di kala kemarau, dan menghangatkan di kala hujan. Bukan malah sebaliknya. Aku yakin, dengan banyak bersyukur dan tersenyum, positive thinking terhadap rencana Tuhan, maka aku akan sangaaaat bahagia J Terima kasih..